PENGELOLAAN KEBUN
KAKAO DI KELOMPOK TANI
MARGODADI DI DUSUN MARGODADI PADANG CERMIN
( Laporan Hasil Survei
Produksi Tanaman Perkebunan)
kelompok 3
Kelas A
Adawiah
Agung Susilo
Amelia Ekaprasetio
Anita
Arief Dwi Permana
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao
L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan.kakao merupakan salah
satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan
teh.
Kakao merupakan tanaman
perkebunan yang paling terkenal dengan produk turunannya, berupa coklat.Produk-produk
ini dikonsumsi di seluruh dunia, diminati karena rasa yang unik dan aroma yang
tidak bisa digantikan oleh produk tanaman lainnya.
Kakao merupakan salah satu
komoditas yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama
dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil
devisa bagi negara.
Menurut Balitbang Pertanian
Departemen Pertanian (2005), pada tahun 2002, perkebunan kakao telah
menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan
setelah karet dan kelapa sawit.
Indonesia merupakan negara terbesar
ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama
Negara Asia lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD,
2007; WCF, 2007 dalam Supartha, 2008).Dari
segi kualitas, kakao Indonesia
tidak kalah dengan kakao dunia
dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara
dengan kakao yang
berasal dari Ghana. Kakao Indonesia
mempunyai kelebihan, yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai
untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao
Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan
industri kakao sebagai
salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka, Ini menunjukkan bahwa prospek
pengembangan kakao sangat bagus di
Indonesia. Untuk itu dilakukan survei lapang tentang pengolahan dan perkembangan perkebunan kako di
kelompok tani Margodadi daerah Dusun Margodadi, Desa Padang Cermin.
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan survei
pada perkebunan kakao sebagai berikut
1. Mengetahui pengelolaan perkebunan kakao di Desa Margodadi,
Dusun Padang
Cermin
Cermin
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Survei
Survei lapang di perkebunan
kakao yang dilaksanakan pada tanggal
November 2013 dengan kelompok tani margodadi di Dusun Margodadi, Desa
Padang cermin diperoleh data sebagai berikut.
2.1.1 Keadaan Umum
Lokasi
Letak Kebun : Dusun Margodadi, Desa Padang Cermin
Tinggi tempat : -
Keadaan iklim : Lembab, sejuk
Keadaan tanah :Sangat subur
2.1.2 Keadaan Umum Kebun
Luas kebun :
25 hektar milik kelompok tani Margodadi, untuk bapak suparno
sendiri 3 ¼
hektar
Klon/varietas : Lokal
(awal mula melihat dari penanaman kakao, hasil
dari kakao
tersebut dan disemai sendiri. Pertama panen
gagal karena terkena jamur.
Populasi (jarak
tanam) : 4x4 m
idealnya 5x5 m .
Produktivitas : tinggi, kualitas cukup baik dibanding pegunungan .
LCC : Tidak memakai LCC hanya ditumpangsarikan
pada
awal pertumbuhan dengan tanaman jagung.
Pohon Pelindung : Pisang dan Kelapa
Keadaan gulma : Rumput dan tanaman merambat, pada awal
pembukaan lahan adalah alang-alang.
Sumber air : Sumur dan mata air langsung dekat
pegunungan.
2.1.3 Tata Laksana Kebun
a.
Pemupukan
Jenis pupuk : Tanpa memakai pupuk
Dosis
: -
Cara
Aplikasi : -
Frekuensi
Aplikasi : -
b.
Pengendalian Gulma
Jenis gulma :Alang-alang dan rumput
Cara
pengendalian : 1.Alang-alang
menggunakan herbisida
Basmilang 140
cc/
tangki
2. Rumput menggunakan herbisida Sudalaris 14-15 ml/
tangki
3. Dilakukan pada saat terik matahari atau
keadaan
kering. Tidak dilakukan setelah hujan
walaupun ada terik matahari.
c.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis Hama Penyakit : kanker batang
Penggerek buah kakao
Jamur buah
Terjadi
karena bawaan bibit, tertular.
Cara Pengendalian :
Pada jamur batang dan jamur buah tidak dilakukan pengendalian, sesekali
menggunakan cara mekanis dengan membuang buah yang sakit.
Pada
penggerek batang mengendalikannya dengan menggunakan tembakau yang dimasukan
kelubang bekas gerekan.
d.
Pengelolaan LCC dan Pohon Pelindung
LCC :
-
Pohon Pelindung : Merawat pohon pisang karena memiliki
penghasilan
yang cukup tinggi.
e.
Panen
Jumlah produksi :3kg/batang/musim
800 batang/ha
Jadwal panen : Sebulan sekali, melihat dari
fisik kakaonya.
Cara
pemanenan : Umur panen minimal 2 tahun berbunga pada tahun ke 3 sudah
menghasilkan. Panen menggunakan alat gunting panen dan sengget.
f.
Pasca Panen
Penjemuran : 5 hari dengan kadar air
kurang lebih 0,4 % dalam kondisi
bersih.
Pengolahan: hanya pengeringan, pembersihan atau sortasi yang pemasaran di lingkungan sekitar
(pedagang keliling, penampung, warung dsb).
2.1.4 Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja :sendiri atau keluarga. Menanam kakao jalan 5 tahun
Jadwal kerja : 1 hari penuh tanpa jadwal
Sistem upah : -
2.1.5 Pemasaran
Bentuk produk :Basah dan kering
Pasar : Pedagang keliling, penampung, warung..
Harga :Basah Rp. 4.500 /kg
Kering
Rp. /kg
Semakin
lama penjemuran harga semakin tinggi
Penerimaan : Keuntungan 80 kg/ kering
2.2 Pembahasan
Wawancara dilakukan dengan bapak Suparno berumur 51
tahun yang merupakan ketua dari kelompok tani Margodadi. Kelompok tani
margodadi yang terdiri dari 32 pengelola
per kepala keluarga, alasan lebih memilih berkebun tanaman kakao dikarenakan
tegiur oleh penanam pemula sehingga masyarakat di daerah tersebut ikut
menanam kakao. Akibatnya pengembangan kakao di daerah Padang Cermin
mengalami pengembangan pesat melihat masyarakat yang banyak menanam kakao. Menurut beliau
kakao ini mempunyai kelebihan yaitu
tidak memiliki musim. Sedangkan jika menanam
palawija hanya 2-3 tahun produktif setelahnya harus diberi pupuk tambahan yaitu pupuk NPK agar tanaman palawija tetap produktif
dan menanam palawija membutuhkan
perawatan dibandingkan dengan kakao. Jika
menanam kopi hanya menghasilkan 1 tahun sekali dalamsemusim. Sehingga
beliau lebih tertarik menanam kakao dibanding yang lain.
Sejarah dari lahan di daerah ini menurut bapak Suparno
yaitu
a.
Periode saat tanah gratis, pada permulaan desa ini mengusahakan menanam
padi
dan palawija dengan sistem pertanian
ladang berpindah. Pada saat.Jepang
masuk ke wilayah ini, semua
penduduk hanya boleh menanam tanaman perang yaitu jarak dan kapas. Kemudian Belanda mulai menjajah desa ini kembali dan
melarang penduduk untuk menanam kopi. Tanaman yang ditanam adalah tanaman
cengkeh hingga pada awal tahun 1960, didominasi
dengan tanaman cengkeh, hampir semua penduduk menanam cengkeh karena pada waktu
itu harga cengkeh mulai dianggap lebih menguntungkan.
b. Periode cengkeh, investor
dari luar yang memiliki modal banyak membeli lahan
perkebunan cengkeh sehingga sebagian
lahan di daerah ini telah
menjadi milik orang-orang luar. Saat periode ini juga tanah mulai berharga dan
harga cengkeh sangat tinggi sehingga semua penduduk tertarik untuk berkebun
cengkeh.
c.
Pada saat migrasi, pada tahun 1984 terjadi migrasi
penduduk dari Desa
Margodadi, karena daerah tersebut
dijadikan sebagai pangkalan angkatan laut. Sehingga masyarakat tersebut dilarang untuk
berkebun.
d.
Pada saat periode kakao, masyarakat mulai
mengenal tanaman kakao karena harga
yang menjanjikan.Akan tetapi sebagian
lahan telah dimiliki investor dari luar yang memiliki modal. Sehingga petani
daerah ini kebanyakan menjadi petani gurem atau
berkebun dengan sistem maroatau bagi hasil.
Tanah di desa
Margodadi ini termasuk dalam kategori tanah yang sangat subur terlihat dari
warna tanah yang hitam dan tekstur tanah yang remah.Menurut Hardjowigeno (1995), tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah. Kelas tekstur tanah dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah-tanah
yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit
menyerap (menahan)air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai
luas permukaan yang besarsehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur
hara tinggi.
Pada pemeliharaannya
kakao tidak pernah dilakukan pemupukan, namun tidak membuat kesuburan tanah
berkurang dan produksi dari kakao cukup tinggi dibandingkan di daerah yang
terletak di pegunungan. Alasan pertama
tanah tersebut tetap subur walau tidak dilakukan pemupukan yaitu setelah
kelompok kami menganalisis langsung ke lapang, ternyata di permukaan tanah tersebut
banyak daun kakao yang dibiarkan gugur dalam waktu yang lama sehingga daun yang
gugur tadi lapuk dan terdekomposisi.Alasan kedua yaitu iklim didaerah margodadi
menunjang organisme tanah seperti fauna tanah untuk hidup.Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam
menguraikan bahan organik dapat mempertahankan dan mengembalikan produktivitas
tanah dengan didukung faktor lingkungan disekitarnya (Thamrin dan Hanafi,
1992). Brussaard (1998) menjelaskan bahwa keberadaan dan aktivitas mesofauna
dan makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah,
serta mendistribusikan bahan organik tanah.
Menurut Soepardi (1983),
dibandingkan dengan lahan yang belum dijamah (area perawan), lahan yang
diusahakan umumnya mempunyai jumlah dan biomassa fauna tanah lebih sedikit,
sedangkan penggunaan lahan dengan praktek pengelolaan lahan, meliputi:
pengolahan konservasi, penggunaan jerami, tanaman penutup, penggunaan pupuk
organik dapat meningkatkan keragaman fauna tanah.
Sebelum kakao ditanam atau pada saat dilakukan pembibitan
kakao, lahan yang kosong di daerah tersebut tidak memanfaatkan LCC sebagai
penutup tanah. Namun petani cenderung
menanam dan ditumpangsarikan dengan tanaman jagung, alasannya lahan yang kosong
bisa dimanfaatkan (efisiensi lahan) dan jagung yang ditanam bisa menjadi sumber
pendapatan sementara sebelum tanaman kakao menghasilkan.
Pada saat kakao Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), di
daerah tersebut memang sudah menanam kelapa dan petani tersebut juga menanam
tanaman pisang. Pisang dan kelapa disini
digunakan sebagai pohon pelindung untuk tanaman kakao. Untuk pisang berstatus sebagai pohon
pelindung sementara, pohon ini diperlukan
untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan angin dan
sinar matahari.Pohon ini ditanam 1 bulan sebelum ditanam kakao atau
bersamaan waktunya dengan penanaman kakao. Sedangkan kelapa ini berstatus sebagai pohon
pelindung tetap, pohon ini harus dipertahankan
sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi tanaman kakao
yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat kecepatan
angin. Selain berfungsi
sebagai pelindung, pisang dan kelapa ini menjadi sumber pendapatan sementara
bapak Suparno sebelum tanaman kakao menghasilkan.
Hama dan penyakit yang
biasanya menyerang perkebunan kakao milik kelompok tani margodadi adalah kanker batang, penggerek batang dan jamur buah.
Menurut Ditjenbun (2002), Jamur buah (busuk buah), penyakit ini disebabkan oleh
jamur P. palmivora yang dapat menyerang buah muda sampai masak. Gejala buah yang terserang nampak
bercak-bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari pangkal, tengah atau
ujung buah. Apabila keadaan kebun
lembab, maka bercak tersebut akan meluas dengan cepatke seluruh permukaan buah,
sehingga menjadi busuk, kehitaman dan apabiladitekan dengan jari terasa lembek
dan basah.
Pengendalian yang seharusnya adalah dilakukan dengan sanitasi kebun,
mekanis (mengumpulkan dan membakar buah yang terserang) dan kultur teknis.
Pengaturan pohon pelindung dan pemangkasan tanaman kakao merupakan hal yang
penting dilakukan terutama pada musim hujan. Penanaman klon resisten atau
toleran merupakan cara yang wajib diperhatikan.
Kanker batang disebabkan oleh Phytophthora
palmivora,
penyakit ini disebabkan oleh jamur yang sama dengan penyebab penyakit busuk
buah. Gejala kanker diawali dengan
adanya bagian batang atau cabang menggembung berwarna lebih gelap dan permukaan
kulit retak. Bagian tersebut membusuk dan basah serta terdapat cairan kemerahan
yang kemudian tampak seperti lapisan karat. Jika lapisan kulit luar
dibersihkan, maka akan tampak lapisan dibawahnya membusuk dan berwarna merah
anggur kemudian menjadi coklat.
Penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran penyakit busuk
buah. Penyakit ini dapat terjadi karena patogen yang menginfeksi buah menjalar
melalui tangkai buah atau bantalan bunga dan mencapai batang/cabang. Penyakit
ini berkembang pada kebun kakao yang mempunyai kelembaban dan curah hujan
tinggi atau sering tergenang air.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan mengupas kulit batang yang
membusuk sampai batas kulit yang sehat.
Luka kupasan dioles dengan fungisida
tertentu. Pemangkasan pohon pelindung dan tanaman kakao dilakukan agar di
dalam kebun tidak lembab. Apabila serangan pada kulit batang sudah hampir
melingkar, maka tanaman dipotong atau dibongkar (Ditjenbun, 2002).
Menurut Ditjenbun (2002), Penggerek
Buah Kakao (PBK), kerusakan ini disebabkan oleh Conopomorpha
cramerella. Buah
yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak
berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling
melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil. Hama ini dapat dikendalikan dengan sanitasi,
pemangkasan, membenam kulit buah, memanen satu minggu sekali, pemakaian plastik,
serta dengan cara hayati atau biologi.
Namun bapak Suparno sendiri mengendalikan hama penggerek ini dengan
menggunakan asap rokok, yaitu asap rokok disudutkan atau diletakkan pada lubang
tempat jalan penggerek dan jika tidak mungkin bisa dikendalikan lagi maka kakao
yang tergerek dibuang kemudian dibakar.
Gulma adalah tumbuhan yang
mengganggu atau merugikan manusia, karena gulma bersifat merugikan manusia maka
manusia berusaha untuk mengendalikannya (Sembodo, 2010). Gulma yang menyerang di perkebunan Desa
Margodadi yaitu alang-alang dan rumput yang merambat. Alasan gulma harus dilakukan pengendalian
menurut Sembodo (2010) sebagai berikut:
1. Gulma akan menurunkan jumlah
hasil (kuantitas)
Antara gulma dan tanaman yang hidup bersama dalam suatu areal usaha tani
akan berkompetisi dalam memperoleh sarana tumbuh. Akibat dari kompetisi tersebut maka kedua belah
pihak akan dirugikan sehingga masing-masing tidak dapattumbuh dan berproduksi
secara optimal.
2. Gulma akan menurunkan mutu hasil
Penurunan mutu hasil misalnya dapat terjadi melalui pencampuran hasil
tanaman dengan biji atau bagian tubuh gulma,
pencampuran benih dengan biji gulma, pertumbuhan tanaman yang kurangbaik
atau tidak seragam, dsb.
3. Gulma dapat meracuni tanaman (alelopati)
Beberapa gulma mengeluarkan alelokimia yang dapat meracuni tanaman. Adanya alelokimia, umumnya berupa senyawa
fenolat, yang dikeluarkan oleh gulma akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok. Proses penekanan pertumbuhan tanaman oleh
alelokimia ini disebut alelopati.
4. Gulma dapt merusak atau menghambat penggunaan
alat mekanik
Jenis gulma berkayu atau gulma menjalar akan menghambat kelancaran jalannya
alat-alat mekanik baik untuk mengolah tanahatau kegiatan pemeliharaan dan
pemanenan.
5. Gulma dapat menjadi inang hama dan penyakit
Gulma dapt pula berperan sebagai tempat tinggal sementara atau sumber pakan
alternatif hama dan penyakit tumbuhan atau tanaman.
6. Keberadaan gulma menambah biaya produksi
Penambahan biaya tersebut diperlukan untuk membayar tenaga kerja dan
membeli herbisida atau alat-alat pengendalian gulma.
Pengendalian yang dilakukan bapak
Suparno sendiri ialah untuk alang-alang menggunakan herbisida Basmilang 140 cc/ tangki dan gulma rumput menggunakan pestisida Sudalaris 14-15
ml/tangki.
Herbisida dengan
merk dagang Basmilang dan Sidalaris termasuk herbisida dengan bahan aktif
Glifosat (0,54-0,9),Herbisida berbahan
aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga banyak
formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yang disemprotkan ke daun efektif
mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun lebar tahunan, gulma
rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat mobil,
ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan
cepat terurai dalam tanah. Gejala keracunan berkembang lambat dan terlihat 1-3
minggu setelah aplikasi (Klingman et al. 1975)
Herbisida purna tumbuh ini memiliki dua cara
kerja yang berbeda, pertama herbisida
kontak yang hanya mematikan bagian gulma yang terkena semprot saja, biasanya
efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar atau gulma semusim yang tidak
memiliki organ perkembang biakan di bawah permukaan tanah, herbisida ini harus
di semprot secara merata pada seluruh bagian gulma, pengaruhnya dapat dilihat
dalam waktu satu dua hari saja. Herbisida kontak tidak akan efektif pada musim
hujan karena setelah penyemprotan akan tercuci racun yang melekat pada
permukaan daun (Singh, 1990).
Teknik budidaya perkebunan kakao milik kelompok tani
margodadi umumnya sama dengan budidaya kakao lainnya, yaitu dilakukan
pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pasca
panen. Saat panen dilakukan saat kakao
berumur minimal 2 tahun berbunga pada tahun ke 3
sudah menghasilkan, panen menggunakan alat gunting panen dan sengget. Kegiatan pasca panen yang dilakukan bapak
Suparno ialah penjemuran
selama 5 hari dengan kadar air kurang lebih 0,4 %
dalam kondisi bersih. Menurut Siregar (2005), pengeringan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan mutu cokelat, disamping proses
pemanenannya. Mutu biji cokelat ditentukan dari kadar airnya.Biasanya kapasitas
pengeringan biji cokelat adalah 1800 kg tiap jam untuk 30karung, yang masing-masing
berisi 300 kg biji kakao.
Kadar
air biji kakao tersebut masih tinggi 68%, sehingga memberikan peluang yang
besar untuk cepat membusuk akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme. Oleh
karena itu, dengan adanya pengeringan,dapat mengurangi kadar air dalam biji. Kadar air biji yang diharapkan
setelah pengeringan adalah 6%, yang bertujuan untuk memudahkan pelepasan
nibs darikulitnya, juga mencegah agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme
pembusuk sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Setelah dilakukan pengeringan kemudian di sortasi lalu dipasarkan lingkungan sekitar (pedagang keliling, penampung, warung dsb).
III. KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan
hasil survei pengelolaan kebun kakao sebagai berikut
1. Kakao merupakan kamoditi perkebunan yang
memiliki prospek yang luas dalam
pengembangannya
2. Perkebunan kakao milik kelompok tani
margodadi di Desa Margodadi, Dusun
Padang Cermin mengalami
perkembangan sangat bagus dilihat dari masyarakat yang sebagian besar memilih
menanam kakao.
3. Pengelolaan perkebunan kakao milik kelompok
tani margodadi cukup baik dilihat
dari teknik budidaya perkebunan kakao milik kelompok tani
margodadi yang umumnya sama dengan budidaya kakao lainnya, yaitu dilakukan
pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pasca
panen.
DAFTAR PUSTAKA
[BPPP DEPTAN] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Jakarta: Tim
Tanaman Perkebunan Besar.
Brussaard,
L. 1998. Soil fauna, guilds, functional
groups, and ecosystem processes.
Appl. Soil Ecol. 9: 123-136.
Ditjenbun. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan: Departemen
Pertanian. Jakarta. 1-64 hlm
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo.
Jakarta.
Klingman, G.C., F.M. Ashton and L.J. Noordhoff. 1975. Weed Science:Principles
and
Practices. John Wiley & Sons, New York, 431p
Thamrin,
M.dan Hanafi, H. 1992. Peranan mulsa sisa tanaman terhadap konservasi
lengas tanah pada sistembudidaya tanaman semusim di lahan
kering. Pros. Seminar Hasil Pen.P3HTA:
5-12.
Sastroutomo,
S.S., 1992. Pestisida.Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sembodo,
Dad,.R.J. 2010. Gulma
dan Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
168 hlm.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri
Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Singh, S.R.,
1990. Insect Pest of Tropical Food Legumes. John Willey & Sons, New
York
Siregar, Tumpal. 2005.
Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Penebar