PENGENALAN FUNGISIDA
(Laporan
Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Adawiah
I.                  
PENDAHULUAN
1.1  latar Belakang
Dalam membudidayakan tanaman tidak
terlepas dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut.  Hama dan penyakit yang menyerang tanaman
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan varietas dari tanaman yang ditanam.  Untuk mengendalikan hama dan penyakit yang
menyerang biasanya menggunakan pestisida. 
Pestisida adalah semua bahan yang dapat mempengaruhi kehidupan
organisme kehidupan mikroorganisme, atau pestisida adalah semua bahan-bahan racun
yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan
sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.  
Pestisida
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi,
cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan aktif).  Fungisida merupakan salah satu pestisida yang
berdasarkan jenis sasaran,  Fungisida
sasaran utamanya ialah jenis cendawan.  Umumnya cendawan berbentuk seperti
benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan
dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas. Dalam pengendalian cendawan patogen di gunakan senyawa
kimia fungisida tersebut. Fungisida adalah
zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
Pengendalian
yang sering digunakan oleh petani adalah dengan menggunakan fungisida, karena
sampai saat ini belum ada tanaman cabai merah yang tahan terhadap antraknosa.
Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada prinsip antibiotik terhadap
tanaman. Prinsip lainnya yang berpotensi untuk 
mengendalikan
penyakit yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu ketahanan
tanaman.
1.2 
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini antara lain:
1.  Memahami tentang
pentingnya label fungisida agar: (a). penggunaan 
      fungsidadilakukan secara benar
dan tepat; (b). menghindari munculnya 
      berbagaidampak
yang muncul akibat penggunaan fungisida
2.  Mengerti semua informasi yang tercantum
pada label fungisida
3.  Terlatih membaca label fungisida
sebelum menggunakannya
II.                  
METODE PERCOBAAN
2.1  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis dan sepuluh macam jenis
fungisida
2.2 
Cara Kerja
Disiapkan alat tulis untuk mencatat, terdapat sepuluh jenis fungisida
dengan bermacam-macam kegunaan dan fungsi. 
Setiap macam fungisida tersebut dilihat label yang berupa; nomor
pendaftaran, bahan aktif, petunjuk penggunaan, tanda bahaya, dosis atau konsentrasi,
cara pemakaian, dan  komposisi dalam
fungisida tersebut.  Kemudian catat
setiap data yang tercantum di dalam label tersebut.
I.                  
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 
Hasil Pengamatan
| 
No | 
Nama
  Fungisida | 
Keterangan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| 
1. | 
Cupravit
  OB 21 | 
Bahan
  aktif                 :           Tembagaoksiklorida 50% 
No
  pendaftaran           :           RI. 87/01-90/T 
Cuprafit
  OB 21 adalah fungisida yang bersifat fungistatik berbentuk bubuk bewarna biru
  kehijauan yang dapat disuspensikan dalam air untuk mengendalikan penyakit
  pada tanaman anggur, cabai merah, jeruk, kacang tanah, kakao, kentang, kopi,
  panili, teh, tembakau dan tomat 
 | 
| 
2 | 
Ridomil
  Fungisida | 
Tipe                             : 35 SD 
No Pendaftaran           : RI 450/9-90/T 
Bahan Aktif                : Metalaksil 35 % 
Berat Bersih                : 20 x 5 gram 
Fungisida sistemik ,
  berbentuk tepung berwarna merah muda digunakan untuk mencegah dan
  mengendalikan penyakit bulai sclerospora maydis pada tanaman jagung dengan
  cara perlakuan benih 
Petunjuk Pengunaan : 
 
Perhatian : ridomil
  adalah suatu fungisida sistemik, penggunaan yang terus-menerus memungkinkan
  terjadinya strain cendawan yang resistem. CIBA – GFIGY tidak menjamin akibat
  kerusakan/ kehilangan hasil tanaman dalam menanggulangi strain cendawan yang
  resistem. | 
| 
3 | 
Revus Fungisida | 
Tipe                             :  250c 
No. Pendaftaran          :  RI. 2794/4-2007/T 
Bahan Aktif                :  Mandipropamid 250 g/i 
Isi                                :  50 ml 
Tanggal Produksi        :  Jak 7J01003 Sep 
Peringatan Bahaya      :  Dapat menyebabkan keracunan    
                                       
  melalui kulit, mulut, dan mata   
Petunjuk Pengamanan :  Jauhkan dari jangkauan anak- 
                                       anak 
Petunjuk Penggunaan :
  Bacalah petunjuk penggunaan                                       selengkapnya untukmenggunakan  
                                     
  fungisida 
Pemegang Pendaftaran: 
  PT. Syngenta Indonesia Perkantoran Hijau Arkandia Tower C Lantai 9.
  Jln. TB Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520. Telp. (021) 78836979, 867276 
Fungisida protektif bersih
  sistemik lokal. Berbentuk pekatan yang larut dalam air, berwarna putih
  kecoklat-coklatan untuk mencegah dan menghentikan penyakit secara cepat pada
  tanaman bawang merah, cabai, kentang, ketimun, melon, semangka dan tomat. | 
| 
4 | 
Antracol
  Fungisida | 
Tipe                             : 70 WP 
No Pendaftaran           :RI 74 / 7 – 95/ T 
Bahan Aktif                : Gropineb 70 % 
Cara membuat larutan :
  setelah ditakar dibuat dahulu larutan kental dengan air lalu ditambahkan sisa
  air sedikit demi sedikit sambil diaduk, sehingga didapatkan larutan yang
  merata. Larutan siap pakai ini harus segera digunakan , tidak boleh didiamkan
  sampai semalam. | ||||||||||||||||
| 
5 | 
Rovral Fungisida | 
Tipe                              : 50 WP 
Bahan Aktif                 : Iprodion 50% 
No. Pendaftaran          
  : RI. 614/2-2000/T 
Pemegang Pendaftaran: PT. Rhone Poulenc  Agrocalb 
Peringatan Bahaya        : Dapat menyebabkan keracunan 
                                         melaui mulut, kulit, dan mata 
Petunjuk Pengamanan    :  
Pada waktu membuka wadah, menuang atau menyemprotkan,
  pakailah sarung tangan, topeng muka dan pakaian berlengan panjang. Bila
  bagian badan terkena pada saat bekerja, berhentilah bekerja dan segera cuci
  sampai bersih. 
Petunjuk Penggunaan : 
 | 
| 
6 | 
ANVIL
  50 SC | 
No pendaftaran           : 
  RI.896 1. 90 T 
Bahan Aktif                :  Heksakonazol 50 g/I 
Isi
  Bersih                     :  100 ml 
Peringatan bahaya       : 
  Dapat menyebabkan   
                                      
  keracunan melalui mata, mulut,    
   
                                       dan
  kulit. 
Gejala keracunan         : 
  keseimbangan badan hilang,   
                                       pusing,
  dan mual 
Perawatan dokter        : 
  Lakukan pengobatan secara  
                                       simtomatik 
Fungisida sistemik
  bebrbentuk suspensi bewarna putih kecoklat-coklatan untuk mengendalikan
  penyakit pada tanaman karet, kedelai, kopi, dan semangka 
Petunjuk
  penggunaan 
 | |||||||||||||||||||||||||||
| 
7 | 
ALLIETE
  80 WP | 
No pendaftaran           :           RI
  416/08-86/S 
Bahan Aktif                :           alumunium, etil, fosfit 80% 
Fungisida sistemik
  yang dapat ditranslokasikan ke atas dan ke bawah yang bekerja aktif setelah
  di serap oleh tanaman, berbentuk bubuk yang dapat disuspensikan dalam air
  bewarna putih kotor, untuk mengendalikan penyakit pangkal batang Phytophtora
  palmivora 
Petunjuk penggunaan 
 
 Peringatan bahaya : dapat menyebabkan
  keracunan melalui mulut, kulit, pernapasan serta dapat menyebabkan iritasi
  pada kulit dan mata | |||||||||||||||||||||||||||
| 
8 | 
DEROSAL
  60 wp | 
No pendaftaran           :           RI
  98/1-90/7 
Petunjuk penggunaan 
 | |||||||||||||||||||||||||||
| 
9 | 
Gandasil B | 
No. Pendaftaran          :
  P263/DEPTAN-PPI/III/2007 
Isi                                :
  100 gram 
Distributor                   :
  PT. Kalatham P.O.Box. 2937  
                                      Jakarta
  10029 
Anjuran Penggunaan   :
  Setelah tanam menunjukkan tanda-tanda pembentukan kuncup bunga. Gunakan
  sebanyak 10-30 gram/10 liter setiap 8-10 hari sekali tergantung dari keadaan
  setempat.  Dapat dicampur dengan jenis
  pestisida  kecuali yang bersifat
  alkalis 
Komposisi                   :
  Nitrogen 6%, Fosfor 20%, P2O5N  
                                 total  Kalsium 30% K2O,     
                                 Magnesium 3% 
Berbentuk kristal yang larut dalam air dengan cepat dan
  sempurna. Dilengkapi dengan unsur-unsur mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu),
  kobal (Co), dan seng (Zn), serta vitamin untuk pertumbuhan tanaman             seperti : Aneurine, Lactoflavine
  dan Nicotine acid amide. | |||||||||||||||||||||||||||
| 
10 | 
Delsene
  Fungisida | 
Tipe                 : Mx-80 WP 
Tanggal           : May 10 PAC 08 
No                   : RI 328 / 4-2007/7 
Bahan aktif     : Karbendazim 6,2% , Mankozeb 73,8% 
Alamat            : PT DuPont Agriculture Product
  Indonesia Beltway Office Park Gedung A, lt 5 Jl. Ampera Raya no 9-10 Jakarta
  12550.   Telp 021-7803150 Fax 021-780350 
Tanda bahaya  : (bahan iritasi) 
Berat bersih     : 100 gram 
Fungisida dan zat
  pengatur tumbuh sistemik dan kontak berbentuk tepung berwarna kuning, untuk
  mengendalikan penyakit jamur pada cabai, cengkeh, kacang tanah, karet. 
Peringatan
  bahaya     : dapat menyebabkan
  keracunan  
                                     melalui
  mulut, kulit, pernapasan 
Petunjuk
  keamanan   : simpanlah di tempat yang
  aman  
                                     dan
  jauhi dari jangkauan anak- 
                                     anak 
Gejala keracunan      : badan lemah, pusing, kulit  
                                   
  terangsang, mata pedih dan perut  
                                    mual. 
Perawatan oleh
  dokter  : perawatan dilakukan secara  
                                      
  simtomatik 
Petunjuk
  pertolongan   : bila tertelan, usaha
  terus pemuntahandengan memberikan segelas air + 1 sendok garam, tinggalkan
  pakaian yang terkena fungisida, bila terkena mata dicuci dengan air bersih ,
  apabila terhisap bawalah penderita ke dalam ruangan segar 
Petunjuk penggunaan : 
 
Baik digunakan
  sebelum 2 tahun sebelum tanggal produksi 
Keadaan darurat :
  021-7228641 atau 
                              0-800-1401288 
Layanan
  Pelanggan  : 021-7803150 | 
3.2  Pembahasan
Fungisida adalah
senyawa kimia beracun untuk memberantas dan mencegah perkembangan fungi atau
jamur. Penggunaan fungisida adalah termasuk dalam pengendalian secara kimia. 
Adapun
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan fungisida adalah : 
1.  Mudah diaplikasikan 
2.  Memerlukan sedikit tenaga kerja 
3.  Penggunaanya praktis 
4.  Jenis dan ragamnya bervariasi 
5.  Hasil pengendalian tuntas 
( Djodjosumarto,
2000). 
Fungisida
dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan serbuk.
Perusahaan penghasil benih biasanya menggunakan fungisida pada benih, umbi,
transplan akar, dan organ propagatif lainnya, untuk membunuh cendawan pada
bahan yang akan ditanam dan melindungi tanaman muda dari cendawan patogen.
Selain itu, penggunaan fungisida dapat digunakan melalui injeksi pada batang,
semprotan cair secara langsung, dan dalam bentuk fumigan (berbentuk gas yang
disemprotkan). Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu
fungisida selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non
selektif (fungisida hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin,
organofosfat, fungisida yang menghambat sintesis sterol, serta fungisida
sistemik lainnya) (Hriday Chaube, V.S. Pundhir, 2006)
Wadah adalah tempat yang terkena langsung pestisida
untuk menyimpan selama dalam penanganan. Label adalah tulisan dan
dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang fungisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus fungisida. 
Setiap fungisida harus terdapat didalam wadah dengan ukuran dan
dibuat dari bahan sebagaimana yang ditetapkan dalam pembarian izin.
 Dengan demikian setiap jenis fungisida yang resmi tempat atau wadahnya sudah ditentukan sejak pestisida
tersebut didaftarkan.  Artinya membuat kemasan baru tidaklah
dapat dilakukan oleh sembarang  pihak karena alasan peraturan yang
berkaitan dengan keamanan dari pestisida tersebut.
Didalam
label pestisida biasanya tercantum:
a.   Nama dagang formula; 
b.   Jenis fungisida; 
c.   Nama dan kadar bahan aktif; 
d.   Isi atau berat bersih dalam kemasan; 
e.   Peringatan keamanan; 
f.    Klasifikasi dan simbol bahaya; 
g.   Petunjuk keamanan; 
h.   Gejala keracunan; 
i.    Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K); 
j.    Perawatan medis; 
k.   Petunjuk penyimpanan; 
l.    Petunjuk penggunaan; 
m.  Piktogram; 
n.   Nomor pendaftaran; 
o.   Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang nomor
pendaftaran; 
p.   Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number)
serta bulan dan 
      tahun kadaluwarsa; 
Sifat-sifat fungisida yaitu: (a) meracuni patogen
sasaran; (b) tidak bersifat fitotoksit: (c) efek residunya minimal, agar tidak
polusi; (d) tidak mudah terbakar; (e) tidak merusak alat; (f) dapat merata dan
melekat pada daun; dan (g) aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama. 
Macam-macam fungisida berdasarkan fungsinya yaitu
1. Protektan (sebagai pelindung), pemakaiannya sebelum
infeksi dan 
    fungisidanya
bersifat kontak
2. Eradikan (menghilangkan), untuk menghilangkan
sumber inokulum
3. Khemoterapetan (menyembuhkan), fungisida sistemik
dan dapat 
    
menyembuhkan tanaman sakit 
Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman
sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik
local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian
ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad
sasarannya. 
1.  Fungisida
Nonsistemik
Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam
jaringan
Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
2.  Fungisida
Sistemik
Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan
ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas
(melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian
atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik
juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal).
Kelebihan fungisida sistemik antara lain :
(a)  Bahan aktif langsung menuju ke
pusat infeksi didalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi
cendawan yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman.
(b)  Fungisida ini dengan cepat
diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian
tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada
coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh
karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.
3.  Fungisida
Sistemik Lokal
Fungisida sistemik lokal diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke
sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga
pembuluh angkut. 
Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.  Multisite
Inhibitor
Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa
proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat
fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang
bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya
berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb,
probineb, ziram, thiram. 
2.  Monosite
Inhibitor
Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang
bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya
hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya
yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah
timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil,
oksadisil, dan benalaksil.
Pengelompokan
fungisida dapat di lakukan berdasarkan pada berbagai cara dan kepentingan yang
berbeda sehingga pada umumnya bersifat tidak tetap. 
Beberapa fungisida bersifat bersifat sebagai protektan dapat di gunakan pada benih atau tumbuhan yang belum terserang penyakit,dengan tujuan melindungi benih dan menghindarkannya dari cendawan. Hal ini di sebabkan oleh spora pada permukaan atau di bagian dalamnya terdapat misellium yag berada pada keadaan dorman.
Beberapa fungisida bersifat bersifat sebagai protektan dapat di gunakan pada benih atau tumbuhan yang belum terserang penyakit,dengan tujuan melindungi benih dan menghindarkannya dari cendawan. Hal ini di sebabkan oleh spora pada permukaan atau di bagian dalamnya terdapat misellium yag berada pada keadaan dorman.
Pestisida
sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk
murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi
sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama.  Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang
sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida
yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang
diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan
tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila
angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni.
Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan
aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan
emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan
membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi
butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida
sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada
umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan
pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan
aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi
pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida
formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau
WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi
pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa
seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang
banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja
apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
4. Tepung (powder)
4. Tepung (powder)
Komposisi
pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan
pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal
pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida
formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate
in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau
aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan
menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
I.                  
KESIMPULAN
Kesimpulan
yangpada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
1.  Fungisida adalah senyawa kimia beracun untuk
memberantas dan mencegah 
      perkembangan fungi atau jamur
2.  Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak
digunakan), gas, butiran, dan 
     serbuk
3.  Setiap wadah fungisida tercantum label berupa
tulisan, gambar atau
simbol 
     yang berfungsi untuk memberikan keterangan dan informasi agar 
     mempermudah pengguna fungisida
4.  Jenis fungisida dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu fungisida 
      nonsistemik,sistemik dan sistemik
lokal.  
5.  Sepuluh fungisida tersebut memiliki persamaan
dan perbedaan masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto,
Panut.  2000.  Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.  Kanisius.
Yogyakarta.
Hal 46.
Hriday
Chaube, V.S. Pundhir (2006).  Crop Diseases and Their Management. 
Prentice-Hall
of India Pvt.Ltd.  ISBN
978-81-203-2674-3.  Page.292-3


 
mantap...!!!!!
BalasHapusizin kutip :)
BalasHapussangat bermanfaat, menambah wawasan tentang pestisida.
BalasHapus