1.
Synedrella
nodiflora
Nama umum : Gletang warak, legetan (Jawa), jotang kuda
(Sunda)
Batang: Tegak, bercabang menggarpu berulang-ulang
Daun: berhadapan;
dengan tangkai bentuk talang, banyak rambut,Helai daun bundar telur memanjang
Bunga: bunga terdapat pada ketiak daun dengan daun yang tersusun satu atau
dua bunga, bunga cakram serupa tabung kuning muda dengan taju kuning
cerah dan tabung kepala sari coklat kehitaman
Habitat: Tempat-tempat
yang sedikit ternaungi, kerap ditemukan di perkebunan, pekarangan, tepi-tepi
jalan, pagar, dan saluran air; padang; dan tanah-tanah terlantar.
|
||
2. Porophyllum
ruderale
Nama umum: Ketumbar bolivia
Batang: Hijau kebiruan,
bercabang-cabang, sebagian atau seluruhnya sering ungu kemerahan
Daun: Helaian daun gundul,
agak-agak berdaging, jorong hingga jorong bundar, lubang kelenjar serupa pori
Bunga: panjang seperti tabung, mahkota
bentuk tabung sempit, hijau kekuningan dengan ujung ungu kecoklatan
|
||
3.
Eichornia
crassipes
Nama umum: Enceng
gondok, kelipuk (pelembang), ringgak (lampung)
Batang: tidak
mempunyai batang
Daun: tunggal dan
berbentuk oval, ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun
menggelembung,dan bewarna hijau
Bunga: bunga
majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung
Biji: berbentuk
bulat dan berwarna hitam
Habitat: di
kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau,
tempat penampungan air dan sungai.
|
||
4. Commelina
benghalensis
Nama umum: Gewor, gewor
tali korang (Sunda), petungan(Jawa) rebha moksor (Madura), fangalu
(Minahasa), rulonga lootili (Gorontalo)
Batang: menjalar dan tinggi
Daun: bulat telur memanjang atau
bentuk lanset,Daun pelindung berbentuk jantung, denga tepi bebas dan ujung
meruncing
Bunga: bunga zygomorph, berumur
pendekberwarna biru cerah
Biji: bertonjolan bentuk jala
Habitat: hidup terutama di daerah
lembab atau becek, dengan ketinggian 1 – 2000 m.
|
||
5. Heliotropium indicum
Nama
umum: gajahan,
sangketan, langun, uler-uleran, buntut tikus, ekor anjing
Famili: Boraginaceae
Batang: tumbuh tegak, tinggi, dan
batang berbulu
Daun: daun tunggal berseling,
bentuk bundar telur tepi bergerigi atau beringgit
Bunga: bunga kecil bergerombol
diujung batang, berwarna putih dengan kelopak hijau
Habitat: tumbuh liar di
pinggir-pinggir jalan, sawah kering,kebun dan semak belukar, tumbuh baik pada
tanah yang bertekstur liat, dari dataran rendah sampai menengah
|
||
6. Digitaria
Sp
Nama umum: rumput jampang
Famili: Poaceae
Batang: rumput yang berumpun, batang yang
merayap, tinggi, batang pipih dan bewarna hijau
Daun: bangun daun
garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas
Bunga: seperti bulir,
Habitat: dijumpai
dipinggir jalan, pematang sawah, sepanjang aliran sungai atau parit danhutan
sekunder, tumbuhnya pada ketinggian 1-1500 m dari permukaan laut
|
||
7. Chloris
barbata
Nama umum: rumput jejarongan
Famili: Poaceae
Batang: berongga , batang tidak
bercabang, silindris, tidak berkambium, berbuku dengan ruas nampak jelas
Daun: kebanyakan cauline, mengumpul
di bawah dan warnanya mencolok, strukturnya halus dan tidak berbulu
Bunga: kecil dalam bentuk spikelet, mempunyai lemma dan palea
Habitat: tumbuh dengan baik pada
tempat-tempat terbuka, banyak ditemukan tumbuh di pinggir jalan, rel
kereta api, atau disekitar lapangan terbang.Rumput ini sangat tahan terhadap garam dan
kekeringan
|
||
8.
Cyperus cyperoides
Nama umum: Pako
Famili: Cyperaceae
Batang: berbentuk
persegitiga, lurus tegak dengan tinggi mencapai 20-75 cm, dengan diameter 1-3
mm
Daun: berbentuk
lanset dan mempunyai pelepah, bentuk daun makin keujung makin runcing, licin,
dan bewarna hijau.
Biji: bulat telur putih kehijauan
Bunga: terminalis, dimana muncul pada ujung batang, bentuk sederhana, spikelet silindris
Habitat: di tempat terbuka maupun teduh contohnya padang rumput,
hutan sekunder, pinggir jalan, semak belukar, tepi sungai, perkebunan kelapa.
Dapat tumbuh pada ketinggian tanah dari 0-2000 m dpl.
|
||
9. Ageratum conyzoides
Nama umum: Babadotan
Famili: Asteraceae
Daun: bentuk
daunnya bulat telur dan runcing pada bagian ujungnya, bercak hijau dengan
garis-garis tulang daun yang jelas dan berwarna kuning muda, dan bergerigi
pada kedua sisinya
Bunga: bunga dengan
kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas,di ujung tangkai yang
berambut, mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu
Habitat: ditemukan
sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan,
tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar
|
||
10. Echinochloa colona
Nama umum: Rumput bebek
Famili: Poaceae
Batang: batang tegak atau menghampar
dipermukaan tanah
Daun: panjang pelepah daun sama dengan
panjang helai daunnya. Pangkal helai daun lebar,ujungnya lancip
Biji: bulat
Bunga: majemuk, berbentuk malai, mengandung 3-8 tandan/ malai dan setiap tandan
tersusun rapi
Habitat : di sawah
|
Sabtu, 19 Oktober 2013
10 Macam Gulma
Peran Karantina Tumbuhan untuk Mencegah Gulma Eceng Gondok
Karantina Tumbuhan dalam Mencegah Masuknya Eceng Gondok Sebagai Gulma Invansif
Spesies invasif adalah spesies yang muncul sebagai
akibat dari aktivitas manusia, melampaui penyebaran normalnya yang dapat
mengancam lingkungan, pertanian dan sumber daya yang lainnya. Spesies invasif yang akan dibahas yaitu
spesies pada tumbuhan yang sifatnya mengganggu seperti gulma. Karakter
spesies invasif antara lain tumbuh cepat, reproduksi cepat, kemampuan menyebar
tinggi, toleransi terhadap kondisi lingkungan, reproduksi aseksual, dan
berasosiasi dengan manusia.
Sifat invasif gulma dapat terjadi
pada tumbuhan akuatik ataupun tumbuhan terestrial. Tumbuhan akuatik dapat berubah status menjadi
gulma jika keberadaan nya bersifat mengganggu kepentingan manusia dalam
memanfaatkan perairan. Banyak contoh
tumbuhan akuatik yang menjadi invasif ketika diintroduksi ke luar daerah
aslinya. Tumbuhan akuatik dapat menjadi gulma diduga antara lain terjadi karena
tumbuhan tersebut tidak lagi dikendalikan oleh musuh alami, ataupun adanya
tekanan kompetisi dari spesies tumbuhan lain yang mempunyai karakter sama.
Contohnya adalah eceng gondok (Eichornia crassipes) yang didatangkan hanya karena tertarik pada keindahan
bunganya. Spesies ini telah menjadi
pengganggu di banyak daerah terutama habitat perairan.
Gulma eceng gondok
dikenal sangat invasif karena spesies tumbuhan ini memiliki daya adaptasi yaitu
dapat hidup pada daerah tropis dan subtropis serta laju reproduksi yang tinggi
dilihat dari reproduksi secara seksual melalui biji dan aseksual dengan
stolon. Pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan eceng gondok dapat menghsilkan 3000 individu baru dalam kurun
waktu 50 hari.
Penyebaran eceng
gondok dilaporkan pertama kali berasal dari Amerika yang digunakan sebagai
tanaman hias kolam, kemudian menyebar hingga Indonesia. Penyebaran di Indonesia sendiri sudah
menyeluruh ke semua daerah seperti sumatera, jawa, kalimantan dan Irian
Jaya.
Keberadaan eceng
gondok tersebut membawa masalah terutama pada ekosistem perairan. Kerugian yang ditimbulkan seperti menutup
permukaan air, pendangkalan danau, penurunan pertumbuhan ikan dan tumbuhan air
dikarenakan rendahnya oksigen dalam air.
Dari segi ekonomi eceng gondok yang menutupi permukaan air dapat
menghambat pelayaran pada daerah-daerah yang masih bergantung pada sistem
transportasi air. Selain itu gulma
tersebut dapat menurunkan nilai jual terutama pada tempat-tempat wisata.
Karena gulma invasif
dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati sehingga diperlukan peraturan
untuk mengendalikan introduksi dan penyebaran gulma invasif di Indonesia.
Disinilah peran dari Karantina Tumbuhan diperlukan dalam mencegah berkembangnya
gulma invasif. Karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan
tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari luar negeri dan dari suatu
Area ke Area lain di dalam negeri. Karantina
Tumbuhan merupakan filter, yakni menyaring pemasukan tumbuhan dan bukan sebagai
penghalang yang melarang setiap usaha pemasukan tumbuhan dan bagian-bagiannya. Karantina Tumbuhan menempatkan upaya
melindungi dan melestarikan sumber daya hayati sebagai bagian dari pembangunan
sistem dan usaha agribisnis.
Namun, sangat disayangkan Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati (2011) menyatakan sampai saat ini peraturan yang khusus mengatur tentang spesies asing invasif belum terdapat di Indonesia. Peraturan hanya berdasarkan Konvensi PBB tentang keanekaragaman hayati (United Nations Convention on Biological Diversity (CBD) mengamanatkan agar setiap negara peserta perjanjian (termasuk Indonesia) berkewajiban mencegah pemasukan, mengawasi, dan melakukan mitigasi terhadap IAS yang mengancam ekosistem, habitat, dan spesies lainnya. Indonesia sendiri telah meratifikasi perjanjian CBD ini melalui Undang-undang No. 7 tahun 1995 dan Undang-undang No. 21 tahun 2004 tentang Ratifikasi Protokol Cartagena. Selain itu juga telah diundangkan beberapa produk hukum Indonesia berkaitan dengan IAS, antara lain Undang-undang No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; Undang-undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Selasa, 15 Oktober 2013
Laporan Reaksi Ph Tanah
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemasaman tanah adalah
sifat tanah yang perlu diketahui, karena menunjukkan adanya hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara dan juga hubungan antara pH dengan sifat-sifat
tanah. Skala pH mencangkup dari nilai 0 sampai
dengan 14. Untuk nilai 7 pH tersebut
dikatakan netral, nilai dibawah 7 dikatakan asam dan basa bila nilai diatas
7. Ditinjau dari kondisi tanah pH
tertentu cenderung dikaitkan dan dihubungkan, tanah dengan pH 8 dan diatasnya
biasanya didominasi oleh hidrolisa karbonat dan mereka dikembangkan dari bahan
induk yang dikapur. pH biasanya
dipengaruhi bukan hanya bahan induk, namun juga dipengaruhi oleh dekomposisi
bahan organik, pengendapan vegetasi alami, kedalaman tanah dan
penggenangan. Reaksi pH tanah bukan
sifat dari morfologi tanah melainkan sifat dari kimia tanah, pengukuran pH
tanah yang dilakukan memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon
tanah, dan proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah
yang umumnya berhubungan dengan reaksi tanag.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah yakni kemasaman
aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif
ialah yang diukur konsentrasi hidrogen bebas yang terdapat dalam larutan,
reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik yang
terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan. Tanah asam banyak mengandung ion H+
yang dapat ditukar sedangkan tanah alkali kaya unsur-unsur basa yang dapat
ditukar. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pHnya dengan cara menambah kapur dalam tanah, sedangkan tanah yang
terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan menambahkan belerang.
1.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan
reaksi pH tanah adalah
1 Mengetahui reaksi pH yang terjadi di dalam
tanah
2. Mengetahui dan memehami pengaruh pH tanah
untuk pertumbuhan tanaman
3. Mengetahui cara pengukuran pH tanah
berdasarkan warna dan pH meter
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Berdasarkan tingkat
kemasaman tanah, tanah dipisahkan kedalam beberapa kelas kemasaman dan
kebasaan. Biasanya tanah-tanah masam
umum dijumpai didaerah iklim basah.
Dalam tanah tersebut konsentrasi H+ melebihi konsentrasi ion
OH-. Tanah tersebut dapat
mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan terdapat didaerah
iklim agak kering hingga kering. Akibat
reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn
terlarut. Al memiliki peranan dalam
kemasaman tanah (Tan, 1992).
Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan
ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+
lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH-
lebih banyak daripada H+. Bila
kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral
yaitu mempunyai pH = 7 (Hakim dkk, 1986).
Kemasaman tanah
merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan
usur hara; juga terdapat beberapa hubungan antara ph dan semua pembentukan
serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1) Pencampuran
satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang sesuai seperti
larutan garam netral), 2) Campurkanlah mereka untuk mendapatkan tanah dan air
sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3) Ukurlah pH suspensi air tanah.
Tedapat beberapa komponen dalam tanah
yang mempengaruhi konsentrasi H2 larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh
bahan-bahan tanah besar
perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu
dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang
umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya
asam kuat seperti asam sulfat (Foth, 1999).
Sejumlah senyawa
menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam‑asam organik dan anorganik, yang
dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah, merupakan konstituen tanah yang
umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah.
Ion‑ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai
pH tanah. Tipe kemasaman inilah yang
sangat menentukan dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hanafiah,
1983).
III.
METODE
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
adalah tabung plastik, kertas lakmus, timbanagn, mesin pengocok dan pH
meter. Sedangkan bahan yang digunakan
tanah kering udara yang lolos dengan ayakan 2 mm, air destilata dan larutan KCl
1 N.
3.2 Cara Kerja
Penetapan Ph dengan
lakmus
5 g tanah dimasukkan
ketabung plastik dan ditambahkan 12,5 ml air destilata/aquades. Lakukan hal yang sama dengan memasukkan 5g
tanah ke tabung plastik ditambahkan 12,5 ml KCl 1 N
|
↓
Dikocok selama 10
menit dan kemudian diamkan selama 5 menit
|
↓
Dicelupkan kertas
lakmus pada cairan bening diatas lumpur tanah, usahakan agar lakmus tidak
terbenam dalam lumpur
|
↓
Disesuaikan warna
lakmus dengan daftar warna dikotak lakmus dan catat pH
|
↓
↓
Penetapan pH dengan
aquades dan KCl dilakukan pada 2 jenis tanah yang berbeda, masing-masing 1
kali ulangan
|
Penetapan pH dengan Ph
meter
Ditimbang tanah 5g,
kemudian dimasukkan kedalam botol plastik dan ditambahkan 12,5ml air
destilata. Lakukan hal yang sama
dengan memasukkan 5g tanah kedalam botol plastik dan ditambahkan 12,5ml KCl
1N
|
↓
Dikocok selama 30
menit dengan mesim pengocok lalu diamkan sebentar
|
↓
Diukur dengan pH
meter
|
↓
Ditetapkan pH dengan
aquades dan KCl dilakukan pada 2 jenis tanah yang berbeda, masing-masing 2
kali ulangan
|
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis
tanah
|
ulangan
|
Ph
lakmus
|
pH
(pH meter)
|
||||
H2O
|
KCl
|
H2O
|
Rataan
|
KCl
|
Rataan
|
||
GM
|
1
2
|
6
|
5,5
|
6,74
5,56
|
6,15
|
4,78
4,94
|
4,86
|
GPPC
|
1
2
|
4,5
|
4
|
4,91
4,20
|
4,55
|
3,59
3,62
|
3,60
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan reaksi
pH tanah dilakukan dengan metode penetapan pH tanah yaitu secara kalorimeter
yang didasarkan warna dan pH meter.
Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan dengan indikator.
Dengan penetapan pH
dengan lakmus ataupun dengan memakai pH meter mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Untuk pH meter
Kelebihan:
1. Indikator yang menutrisi larutan dengan asam
yang teliti misalnya: pH yang
dihasilkan menunjukkan hingga desimal
bukan hanya angka bulat.
2. Penggunaan lebih sederhana
3. Pengukuran (akuransi) atau hasilnya lebih terjamin
Kelemahan:
1. Harga alatnya lumayan mahal namun dapat
digunakan berulang-ulang
2. Penggunaan tidak dapat dilakukan pada lahan
yang luas tetapi hanya dapat
dilakukan sekitar 1-2 ha
3. Kurang efisien untuk dibawa ke lapang karena
membutuhkan arus listrik
Lakmus
Kelebihan:
1. Pemakaian kertas lakmus lebih mudah yaitu
mencocokkan warna pada kertas
lakmus
2. Alatnya murah
3. Metode ini lebih cepat dan efektif untuk
dilapang
Kekurangan:
1. Angkan yang ditunjukkan angka bulat sehingga hasil
kurang akurat
2. Alatnya tidak dapat dipakai berulang-ulang
Dari pernyataan diatas
pH meter mempunyai ketelitian yang akurat dibandingkan dengan lakmus sehingga
data yang didapat juga lebih akurat.
Dengan pH meter cukup mengukurnya dengan membuat kontak antara larutan
elektroda pH meter. Dari hasil atau data
yang ada didapatkan jenis tanah GM ulangan 1 menggunakan pH (lakmus) H2O
pH 6, KCl 5,5 dan H2O pH 6,74.
Ulangan 2 menggunakan lakmus H2O pHnya 5,56. Sedangkan menggunakan pH meter tanah GM ulangan
1 KCl pHnya 4,78 dan ulangan 2 KCl 4,94.
Dari jenis tanah GGPC ulangan 1 pHnya 4,5, KCl 4 dan H2O
pHnya 4,91. Sedangkan menggunakan pH
meter ulangan 1 KCl 3,59. Untuk tanah
GGPC ulangan 2 H2O pHnya 4,20 dan dengan pH meter KCl 3,62.
Dari hasil pengamatan
diatas terlihat pH KCl lebih rendah jika dibandingkan dengan H2O. Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl
akan memberikan nilai lebih rendah 0,5-1,5 satuan pH dibanding jika menggunakan
H2O, teori tersebut sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan.
Ini terjadi dikarenakan
garam KCl akan melepaskan H+ dari kompleks serapan sehingga tanah
akan lebih masam. Tanah yang masam
kerana kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion Al3+ yang
bersifat masam karena air ion tersebut menghasilkan H+.
Dari data diatas tanah
GM dan GGPC mempunyai pH<7 baik dengan menggunakan lakmus maupun pH
meter. Jika pH=7maka netral, pH>7
maka basa dan pH<7 maka masam.
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat
pada praktikum ini antara lain
1. pH adalah derajat kemasaman yang digunakan
untuk menyatakan tingkat
kemasaman atau kebasaan yang dimiliki
suatu larutan
2. Penetapan pH dapat dilakukan dengan
menggunakan lakmus dan pH meter
3. Data yang dihasilkan pH meter lebih akurat dibandingkan
lakmus
4. pH dan KCl lebih rendah jika dibandingkan pH
dari H2O
5. Tanah GM dan GGPC merupakan tanah yang
termasuk masam
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H. 1984. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Gadjah Mada University
Press.
Yogyakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. ITB. Bandung.
Hanafiah, K. A. 1989. Pengaruh
Pencampuran Gambut dan Pengapuran I
terhadap Ketersediaan Pada Tanah Podzolik.
Jurusan Tanah UNSRI.
Palembang.
Tan, Kim. H. 1992. Dasar-Dasar
Kimia Tanah. Gadjah Mada University
Press.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Terangkan mengapa dalam penetapan pH tanah
perbandingan antara air
dengan tanah harus diperhatikan?
2. Mungkinkah pH KCl lebih tinggi daripada pH
H2O? Terangkan!
Jawab
1. Karena semakin tinggi nisbah, semakin tinggi
pula pH tanah. Jika perbandingan ini
terlalu rendah, kontak antara larutan tanah dengan elektroda tidak sempurna
akibatnya kurang teliti. Larutan yang
akan diukur pHnya harus mempunyai perbandingan air dan tanah yang seimbang.
2. Tidak mungkin karena KCl memiliki kemasaman
potensial sedangkan H2O memiliki kemasaman aktif. Kemasaman potensial berarti larutan KCl
menyebabkan terjadinya hidrolisis AL3+. Pertukaran anion dan kation sehingga ion H+
yang lepas lebih banyak dan pH akan semakin rendah.
PRETEST
1. Tuliskan metode penetapan pH tanah?
Metode klorimeter dan
metode nisbah
2. Sebutkan 2 kemasaman tanah dan penyebabnya?
Kemasaman aktif, karena
H+ yang bebas dalam tanah dan kemasaman potensial karena H+ dan Al3+ terjerap pada permukaan
kompleks terjerap
3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi pH tanah?
Garam-garam yang
terkandung dalam tanah,keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah , serta
perbandingan air dan tanah
4. Tuliskan prosedur percobaan kali ini?
Lakmus:
1. 5 g tanah dimasukkan ketabung plastik dan
ditambahkan 12,5 ml air
destilata/aquades. Lakukan hal yang sama dengan memasukkan 5g
tanah ke
tabung plastik ditambahkan 12,5 ml KCl 1 N
2. Dikocok selama 10 menit dan kemudian diamkan
selama 5 menit
3. Dicelupkan kertas lakmus pada cairan bening
diatas lumpur tanah, usahakan
agar lakmus tidak terbenam dalam lumpur
4. Disesuaikan warna lakmus dengan daftar warna
dikotak lakmus dan catat pH
5. Penetapan pH dengan aquades dan KCl dilakukan
pada 2 jenis tanah yang
berbeda, masing-masing 1 kali ulangan
pH meter:
pH meter:
1. Ditimbang tanah 5g, kemudian dimasukkan
kedalam botol plastik dan
ditambahkan 12,5ml air destilata. Lakukan hal yang sama dengan
memasukkan 5g tanah kedalam botol plastik
dan ditambahkan 12,5ml KCl 1N
2. Dikocok selama 30 menit dengan mesim pengocok
lalu diamkan sebentar
3. Diukur dengan pH meter
4. Ditetapkan pH dengan aquades dan KCl
dilakukan pada 2 jenis tanah yang
berbeda, masing-masing 2 kali ulangan
Langganan:
Postingan (Atom)