PERANAN
PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Adawiah
I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan
adanya pembangunan suatu daerah. Bandar Lampung memiliki banyak sektor dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerahnya seperti sektor industri, sektor jasa, sektor
perdagangan dan sektor pertanian.
Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia
sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi
sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju
pertambahan manusia. Sejak manusia mulai
berusaha sendiri menanam tumbuh-tumbuhan untuk kebutuhannya 12.000 tahun yang
lalu, usaha untuk memperbaiki cara-cara bercocok tanaman sangat lamban
(Nurmala, 2012).
Indonesia yang merupakan negara agraris dan sebagian
masyarakat daerah bermata pencaharian di bidang pertanian, salah satunya
provinsi lampung. Lahan di Propinsi Lampung
sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Selain itu,
sumber daya alam lainnya yang dimiliki
adalah perikanan laut, kehutanan,
dan pertambangan yang potensial untuk dikembangkan. Terlihat jelas bahwa
sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian
provinsi ini, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Ekonomi adalah ilmu sosial, dalam ekonomi
mempelajari:(a)
perilaku individu dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya
(alam , manusia dan modal) yang langka; (b) memilih alternatif penggunaan
(produktif dan non produktif); (c) dalam rangka memproduksi berbagai komoditi
(barang dan jasa); (d) untuk kemudian menyalurkannya (distribusi dan
transportasi); (e) baik saat ini maupun dimasa depan (strategi , perencanaan);
(f) kepada individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Pertanian berkaitan erat dengan ilmu ekonomi,
jika pertanian dikelola dengan cara studi ekonomi seperti diatas maka itu akan
sangat membantu meningkatkan perekonomian khususnya daerah Lampung sendiri.
II. PEMBAHASAN
Sektor pertanian menjadi salah satu
komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik
dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian
pada sektor pertanian terutama pada tanaman bahan makanan, karet, lada, kopi,
dan pisang. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil
produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas
petani aerah Lampung yang bekerja di lahan kurang dari setengah hektar,
aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan
pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Sektor pertanian Lampung memiliki laju
pertumbuhan paling lambat jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian
yang lain seperti sektor industri dan sektor perdagangan. Hal tersebut dikarenakan,
selama ini sektor pertanian hanya dikelola secara tradisional dengan sumberdaya
manusia yang tergolong masih rendah. Apabila hal tersebut terus berlangsung,
maka bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi pada
wilayah pedesaan dimana wilayah tersebut berbasis pada sektor pertanian.
Provinsi Lampung memiliki potensi lahan cukup besar dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Sebagian merupakan lahan suboptimal seperti lahan kering, rawa,
lebak, pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah. Jika keberadaan lahan suboptimal tersebut
dapat direkayasa dengan inovasi teknologi budi daya dan dukungan infrastruktur
jalan dan irigasi yang baik, lahan tersebut dapat menjadi produktif. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya
alam yang belum seluruhnya dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi yang telah dimanfaatkan tetapi belum optimal
dikembangkan antara lain adalah pertanian lahan kering maupun lahan
basah, perikanan, pengolahan hasil hutan, pariwisata, industri, dan
pertambangan. Pertanian terdapat di kawasan Terbanggi Besar, Menggala, dan Sungkai Selatan dengan komoditas utama antara
lain padi, jagung, ketela pohon, tebu,
karet, kelapa hibrida, kelapa sawit, kelapa, kakao,
kopi, lada, dan cengkeh. Potensi kehutanan di propinsi ini cukup besar dengan komoditas utamanya
berbagai jenis kayu dan rotan. Potensi perikanan berupa usaha perikanan darat dan
perikanan laut di kawasan Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE) yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dan sangat potensial
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pariwisata
juga merupakan sektor yang berpeluang untuk di kembangkan. Lampung memiliki objek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya, dan sejarah. Wisata alam
meliputi antara lain Pantai Pasir Putih, Puncak Gisting, Air Terjun di
Kota Agung, Taman Nasional Way Kambas, Bukit
Barisan Selatan, dan Taman Laut
Krakatau. Wisata budaya meliputi antara lain Taman Budaya dan Museum
Lampung. Di bidang
industri, baik yang berbasis sumber daya pertanian, khususnya industri pengolahan basil
pertanian dan hasil hutan, maupun industri manufaktur dengan komoditas barang
dari kayu, gula, tapioka, kopi, dan makanan memiliki potensi untuk dapat
dikembangkan lebih lanjut. Di bidang pertambangan dan
galian, Propinsi Lampung memiliki berbagai bahan tambang dan galian seperti
batubara, emas dan perak di Lampung Utara dan Lampung Selatan, panas bumi di Suoh, besi di
Kalianda dan Teluk Betung, marmer di Bedengbaru,
serta batu kapur, andesit, basalt, tuff, granit, kwarsa, pasir darat,
tanah serap, dan batu apung yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Namun tidak mudah dalam
manjalankan itu semua berbagai masalah harus dihadapi:
(1)
biaya produksi pangan dan pertanian umumnya menjadi semakin besar;
(2)
kelangkaan air semakin nyata;
(3)
ketersediaan lahan semakin berkurang;
(4)
risiko kemiskinan dan kelaparan karena perubahan iklim menjadi semakin besar
Perubahan iklim juga menjadi tantangan bagi sektor pertanian Lampung. Dampak
lanjutan dari perubahan iklim adalah bergesernya pola dan kalender tanam,
perubahan keanekaragaman hayati, eksplosi hama dan penyakit tanaman dan hewan.
(5)
Persoalan pascapanen juga menjadi kendala dalam pengembangan sektor pertanian
Lampung mengingat kualitas produksi pangan kurang memenuhi standar mutu yang
ditetapkan pengusaha
(6)
Kualitas sumber daya manusia yang ada bisa dikatakan
masih rendah, ini telihat hanya sedikit dari mereka yang menyelesaikan
pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tingkat tinggi, sehingga tingkat
produksifitas secara umum masih relatif rendah.
(7)
Permodalan juga menjadi persoalan yang selalu muncul setiap musim tanam, karena
lemahnya akses petani kepada sumber-sumber pembiayaan produkstif. Sistem
perbankan nasional juga kurang berpihak terhadap usaha pertanian rakyat.
Sehingga petani lebih memilih rentenir yang menyediakan pinjaman modal dengan
cepat walau dengan bunga lebih tinggi dibanding lembaga keuangan formal.
III. PENUTUP
Dari
masalah-masalah yang ada, itu merupakan tantangan bagi peerintah Provinsi
Lampung seperti (a) Fokus dalam pendapatan
para petani Lampung; titik berat di padi tidak lagi dapat menjamin segi
pendapatan petani maupun program keamanan pangan; (b)
Peningkatan keamanan dan pengamanan lingkungan sosial masyarakat; (c) Perbaikan
sarana dan prasarana wilayah, seperti: jalan, komunikasi, listrik dan sistem
transportasi; agar memperlancar akses ke pasar regional maupun internasional; (d)
Kerjasama dan mengundang investor untuk mengelola
sektor-sektor ekonomi; (e) Menggali potensi sektor-sektor
unggul provinsi lampung terutama hasil tanaman, bahan makanan, perkebunan
karet, kopi, lada dan usaha kripik pisang; (f) Peningkatan produktifitas adalah kunci dalam peningkatan pendapatan petani,
oleh karena itu pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat
menentukan dan Pemerintah Provinsi perlu mempelopori
kembali gerakan turun ke desa dan program gerakan membangun desa. Kondisi
pertanian Lampung dengan segala permasalahan yang dihadapi, tentunya menjadi
acuan bagi pemerintah Provinsi Lampung untuk mereposisi kebijakan pembangunan
pertanian ke depan agar bernuansa kerakyatan dan keberlanjutan. Sehingga
supremasi sektor pertanian saat ini bisa dipertahankan atau ditingkatkan.