BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis
guineesis Jack)
(Makalah Praktikum
Dasar-Dasar Budidaya Tanaman)
Oleh
Kelompok 3
Adawiah (1114121002)
Agatha Christia (1114121007)
Agung Prasetyo (1114121011)
Akbar Fadhilah (1114121015)
Arif Firmansyah (1114121033)
JURUSAN
AGROTEKNOLGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kelapa sawit (Elais guineensis jacq) merupakan sumber minyak nabati yang sangat
penting, tanman ini merupakan salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan
minyak untuk tujuan komersil. Minyak
sawit selain digunakan sebagai minyak makan margarine, dapat juga digunakan
untuk industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri
kosmetik. Kelapa sawit tumbuh sebagai
tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanman budidaya yang tersebar
diberbagai negara beriklikm tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika
Selatan dan Afrika.
Minyak kelapa sawit dapat digunakan
untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan
oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut
oleh bahan pelarut lainnya. Bagian yang
paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah daging buah yang banyak
menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goring
dan berbagai keturunannya. Kelebihan
minyak sawit adalah rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten tinggi. Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut akan kita bahas dalam
makalah ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah budidaya
tanaman kelapa sawit ini antara lain :
1. Mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit
dengan baik dan benar
2. Mengenal beberapa jenis kelapa sawit
3. Mengetahui dan memahami syarat tumbuh dari kelapa
sawit
4. Mengetahui pola tanam kelapa sawit
II.
PEMBAHASAN
Kelapa sawit pertama kali
diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848
tepatnya di Kebun Raya Bogor ( s’Lands Plantetuin Buitenzorg ). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman yang benihnya
dibawa dari Kebun Raya New (London) ini ditebang habis diganti tanaman
kelapa. Sesudah tahun 1911, K Schadt –
seorang kebangsaan Jerman dan M. Andrien Hallet berkebangsaan Belgia mulai
mempelopori budidaya tanaman kelapa sawit.
Schadt mendirikan perusahaan kelapa sawit di Tanah Ulu (deli), sedangkan
Hallet mendirikan perkebunan di daerah Pulau Raja (Asahan) dan sungai liput
(Aceh) (Pahan,2006).
Klasifikasi dari tanaman kelapa sawit
Kerajaan : Plantae
Divisi : Embryophyta Siphonogama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Arcales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. Elaeis
guineensis jacq (kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis
melanococca (kelapa sawit Amerika Latin)
Pada tanaman kelapa sawit terdapat cirri-ciri
fisiologi :
1. Akar
Seperti jenis tanaman palmae yang lain,
tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut.
Akar kelapa sawit akan tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar
primer, sekunder, tersier dan kuartener.
Fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanamn dan menyerap zat
hara.
2. Batang
Karena kelapa sawit termasuk
tanaman monokotil, maka batangnya tidak mempunyai cambium dan pada umumnya
tidak bercabang. Batang berfungsi
sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Dari segi ekonomis, batang kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi pulp (bahan baku kertas), bahan kimia atau
sebagai sumber energy.
3. Daun
Susunan daun tanaman
kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk susunan daun
majemuk. Fungsi dari daun sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi. Dari bagian daun ini belum banyak yang
dimanfaatkan. Hanya sebagian kecil dari
lidinya dimanfaatkan untuk dibuat sapu.
4. Bunga
Kelapa sawit sudah mulai berbunga
pada umur sekitar dua tahun. Tanaman ini
merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan
dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam suatu tandan.
5. Buah
Warna buah kelapa
sawit tergantung pada varietas dan umurnya.
Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi
hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada
waktu sudah masak berwarna merah kuning (jingga). Buah terdiri daroi tiga lapisan:
a) Eksoskarp,
bagiam kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp,
serabut buah
c) Endoskarp,
cangkang pelindung inti (Tim Penulis PS, 1999).
2.1 Syarat
Tumbuh
Menurut Setyamidjaja, keadaan iklim
dan tanah merupakan factor utama merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa
sawit, disamping factor-faktor lainnya seperti sifat genetis, perlakuan
budidaya dan penerapan teknologi lainnya.
A. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa
sawit secara umum adalah sebagai berikut
1. Curah Hujan
Curah hujan optimum yang diperlukan
tanaman kelapa sawit rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata
sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Pada musim kemarau yang berkepanjangan akan
menurunkan produksi tanaman kelapa sawit tersebut.
2. Sinar Matahari
Sinar matahari diperlukan untuk
memproduksi karbohidrat juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman
kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.
3. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh tanaman
kelapa sawit antara 29-300 C.
Suhu akan berpengaruh terhadap masa pembungaan dan pematangan buah.
4. Kelambapan Udara dan Angin
Kelembapan udara dapat mengurangi
penguapan, sedangkan angin akan membantu penyerbukan secara alami. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit anatara 80-90%.
B. Tanah
Tanah merupakan salah satu faktor
penting dalam syarat tumbuh kelapa sawit.
Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat
fisik tanah. Sifat kimia tanah adalah
keasaman tanah dan komposisi kandungan hara mineral yang ada dalam tanah,
sedangkan sifat fisik tanah adalah sifat yang dikehendaki tanaman kelapa saweit
daripada sifat kimia.
2.2
Pengolahan Tanah
Dalam hal tanah tanaman, kelapa
sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Meskipun demikian
kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tidaklah sama (Tim
Penulis PS, 1999).
Kegiatan pengolahan tanah dibagi
kedalam dua tahap, yaitu : (1) pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2)
pengolahan tanah kedua (pengaruan).
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar
sisa tanaman dan gulma yang ada dipermukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikkan tanah
umunya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan
tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah
pertama yang besar menjadi lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang
terbenang dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses
pembusukkan ( Anonim, 2010).
2.3
Penyiapan Bibit
Dalam usaha membudidayakan kelapa
sawit masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha atau petaniyang bersangkutan
adalah tentang pengadaan bibit. Kualitas
bibit sangat menentukan produksi akhir jenis komoditas ini. Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mengusahakan sendiri dan memesan
ke produsen resmi bibit kelapa sawit yang telah ditunjuk pemerintah sesuai
prosedur yang berlaku.
Perusahaan sumber benih di Indonesia :
1. Socfindo
2. Sampoerna Agro
3. IOPRI
4. Lansom
4. Lansom
5. Asian Agri
6. PT Smart ( Dami mas )
7. Tania Selatan
8.SEU ( Bakrie Tani Usaha )
9. Bakri (ASD)
10. Sasaran Ehsan Mekarsari (SEM) (Malangyudo, 2011 )
Berikut adalah teknik penyemaian
dan pemeliharaan bibit :
Kecambah dimasukkan di polibag 12 x 23 atau 15 x 23 cm berisi 1,5-20 kg
tanah lapisan atas yang telah diayak.
Kecambah ditanam sedalam 2 cm.
Tanah di polibag harus selalu lembab.
Simpan polibag di bendengan dengan diameter 120 cm. setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5
helai bibit dipindah tanamkan. Bibit
dari dederan dipindahkan kedalam polibag 40-50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC
NASA 5 ml atau tutup per liter air. Polibag
diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90 x 90 cm.
Lokasi atau areal
untuk pelaksanaan pembibitan dengan persyaratan : harus datar dan rata, dekat
dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan
ditanami dan mudah diawasi. Lahan
pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan
dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle
irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks harus sesuai dengan kebutuhan.
Terdapat dua teknik
pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung
dengan 2 tahap ( double stages system ), yaitu melalui dederan / pembibitan
awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (nursery) selama 9 bulan.
(a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar
seperti pada cara pembibitan. Cara ini
menghemat tenaga dan biaya.
(b) Cara tak langsung
Cara tak
langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui
dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dari persemaian bibit
(nursery) selama 9 bulan.
2.4 Penanaman
(1) Persiapan
Lahan
Lubang tanam
sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang tanam ditentukan oleh
umur bibit yang akan ditanam, terutama pertumbuhan akarnya dan keadaan tekstur
tanah kebun yang akan ditanami. Beberapa
ukuran lubang tanam yang biasa dipakai adalah 45 x 45x 40 cm, 60 x 60 x 50 cm,
60 x 60 x 60 cm.
Waktu pembuatan
lubang tergantung pada keadaan setempat.
Apabila tanahnya gembur, pembuatan lubang tanam pada saat musim hujan
tidak akan menimbulkan masalah. Akan
tetapi, jika hal tersebut dilakukan pada tempat yang mengandung tanah liat,
maka lubang akan terisi air sehingga mengganggu waktu penanaman.
(2)
Umur dan Tinggi
Bibit
Umur bibit yang
akan ditanam di lapang tidak sama bila tempat penanamannya
berbeda. Hal ini disebabkan oleh iklim yang sangat mempengaruhinya. Pemindahan bibit pada umur yang tidak tepat
dapat menyebabkan kematian. Bibit dengan
umur 12-14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang berumur kurang dari 6 bulan tidak
tahan terhadap hama dan penyakit.
Sebaliknya, bila melebihi biaya penanaman dan waktu tanam menjadi lebih
lama.
Walaupun umurnya
sama, tinggi bibit di pembibitan tidak dapat seragam. Tinggi bibit yang
dianjurkan berkisar antara 70-180 cm.
Bibit ini perlu diseleksi sebelum dipindahkan. Bibit yang tingginya kurang dari ukuran yang
dianjurkan akan menurunkan produksi, sedangkan bibit yang tingginya lebih dari
180 cm produksinya tidak lebih tinggi dibandingkan tanaman yang berasal dari
bibit yang dianjurkan.
(1)
Waktu Tanam
Persediaan air
sangat menentukan waktu tanam sehingga penanaman pada awal
musim hujan adalah
yang paling tepat. Penanaman yang
dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian, selain itu juga
membutuhkan air yang lebih banyak sehingga akan menambah biaya. Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan
penanaman adalah pada bulan Oktober dan November.
(2)
Cara, Susunan dan
Jarak Tanam
Pembibitan
dengan sistem kantong plastik sangat mudah pada waktu akan
dipindahkan. Berbeda dengan sistem lapangan, pemindahan
bibit dilakukan dengan cara putaran atau cabutan. Dengan cara putaran, bibit yang akan
dipindahkan harus beserta tanahnya.
Caranya dengan menggunakan sekop yang tajam. Dalam jarak kira-kira 15 cm dari bibit, sekop
ditekankan ke tanah sehingga sebagian akar terputus dan hanya setengah
lingkaran. Pemindahan bibit dengan cara
cabutan harus dilakukan dengan cara hati-hati agar akar tanaman yang dicabut
tidak putus.
Bagian bawah bibit
dari polibag disayat dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
lubang tanam. Setelah di dalam lubang, bagian kanan dan
kirinya disayat dengan hati-hati. Untuk
bibit putaran, pembungkusnya tidak harus selalu dibuang karena dapat membusuk. Sedangkan untuk bibit cabutan, bibit tinggal
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan hati-hati. Lubang tanam ditimbun dengan tanah sedikit
demi sedikit dan jangan diinjak-injak untuk menjaga agar akar tanaman tidak
rusak.
2.5 Pemeliharaan Tanaman
(1)
Penyulaman
Tanaman yang
mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau disulam
dengan tanaman
baru. Kematian atau kurang baiknya
pertumbuhan kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penanaman
yang kurang teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama atau penyakit atau
gangguan lain. Musim hujan merupakan
saat yang baik untuk melakukan penyulaman.
Bibit yang akan digunakan sebaiknya berumur dengan tanaman yang disulam,
yaitu yang sudah berumur 12-14 bulan. Cara melakukan penyulaman sama dengan menanam
bibit.
(2)
Penanaman Tanaman
Sela
Pada saat
tanaman kelapa sawit masih muda, disela-selanya dapat ditanami
berbagai tanaman
sela ( catch-crop ). Jenis tanaman yang
berumur pendek dan pertumbuhannya tidak mengganggu tanaman pokok dapat dipilih
sebagai tanaman sela. Berbagai jenis
tanaman palawija dan sayur-sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas,
jagung, kacang tanah, kedelai, kacang panjang, kecipir. Beberapa tanaman keras dan berumur agak panjang
di antaranya kopi, cokelat, dan randu dapat juga digunakan sebagai tanaman
sela. Kegiatan tersebut dapat menguntungkan, paling tidak dapat mengurangi
biaya pemeliharaan atau bahkan dapat menambah penghasilan. Penanaman tanaman sela dapat dilakukan selama
tidak merugikan tanaman pokok, jika tanaman sela kira-kira sudah mengganggu
tanaman pokok, maka harus segera dibongkar walaupun mungkin pada saat itu
tanaman sela sedang memberikan banyak hasil.
(3)
Pemberantasan Gulma
Pemberantasan
gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.
Gulma yang tumbuh
disekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab merugikan
tanaman pokok, bahkan dapat menurunkan produksi. Penurunan produksi oleh gulma terutama
disebabkan kompetisi dalam hal air, hara, cahaya maupun CO2. Pada dasarnya ada tiga macam pemberantasan
gulma, yaitu secara mekanis/manual, kimia dan biologis.
(4)
Pemangkasan
Pemangkasan
atau penunasan adalah pembuangan daun-daun tua tanaman kelapa sawit. Pemangkasan tanaman kelapa sawit antara lain
bertujuan untuk :
a) Membantu penyerbukan
b) Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan
brondolan buah yang terjepit pada
pelepah daun,
c) Membantu/memudahkan pada waktu panen,
d) Mengurangi perkembangan epifit, dan
e) Untuk kebersihan kebun.
Pemangkasan
dilakukan dengan alat chisel (dodos), egrek ( arit bergagang bambu penjang )
atau kampak petik, dengan rotasi waktu 6-8 bulan. Untuk tanaman muda pemangkasan dilakukan 6
bulan sekali sedangkan tanaman yang pernah menghasilkan buah, 8 bulan sekali.
(5)
Pemupukan
Tujuan
pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah
agar tanaman dapat
menyerapnya sesuai dengan kebutuhan.
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk,
terutama yang mengandung unsur N, P, K, Mg dan B. Unsur B sangat penting sebab jika kekurangan
unsur B dapat menyebabkan kematian tanaman terutama pada tanaman muda. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan
antara lain Urea, TSP, KCL, Kieserite dan Borax.
(6)
Kastrasi
Kastrasi
adalah pembuangan bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina sebelum areal
tersebut dipolinasi. Kastrasi bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama
penyakit. Kastrasi pada tanaman kelapa
sawit dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama sampai tanaman
berumur 33 bulan, yaitu 6 bulan sebelum dipanen. Pada saat kastrasi dihentikan, bunga yang
paling tua telah berada kurang lebih 30 cm di atas tanah (Tim
Penulis PS, 1999).
2.6 Pemanenan
Kelapa sawit
biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan
setelah penyerbukan. Panen pada tanaman
kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan
dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta
ke pabrik. Dalam pelaksanaan pemanenan,
perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit
adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendeman minyak yang tinggi. Karena kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh
cara pemanennya, maka kriteria panen yang menyangkut matang panen, cara dan
alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti.
(1)
Kriteria Matang
Panen
Kriteria penen merupakan
indikasi yang dapat membantu pemenen agar memotong buah pada saat yang
tepat. Kriteria umum untuk tandan buah
yang dapat dipanen
yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh.
Untuk memudahkan pengamatan buah, maka dapat dipakai kriteria berikut:
a. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir.
b. Tanaman dengan
umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
c. Secara praktis
digunakan suatu aturan umum yaitu pada setiap 1 kg Tandan Buah Segar (TBS)
terdapat dua brondolan yang jatuh.
(1)
Cara Panen
Cara pemanenan
buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua
tandan buah yang telah matang. Untuk
tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos. Sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m
dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk pemanenan tanaman
dengan tinggi diatas 10 m, dengan alat arit bergagang panjang.
(2)
Rotasi dan Sistem
Panen
Yang dimaksud
dengan rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Di
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7
hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak
lewat matang, yaitu menggunakan sistem 5/7.
Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen (misalnya Senin-Jumat
), dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya.
(3)
Fraksi TBS dan Mutu
Panen
Faktor penting yang
cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya
pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal
ini, pengetahuan mengenai
derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak
yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Fraksi-fraksi
TBS sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang
dihasilkan.
(5)
Produksi
Besarnya
produksi kelapa sawit sangat bergantung pada berbagai faktor, diantaranya jenis
tanah, jenis bibit yang dipakai, iklim, dan teknis agronomis. Pada keadaan yang optimum, produksi kelapa
sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak kelapa
sawit.
III. PENUTUP
Adapun kesimpulan yang didapat
dari laporan budidaya kelapa sawit adalah:
1. Tanaman ini merupakan salah satu dari
beberapa palma yang menghasilkan
minyak untuk
tujuan komersilan.
2. Kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar
(hutan), setengah liar, dan sebagai
tanaman
budidaya.
3. Keadaan ikim dan tanah merupakan faktor
utama bagi pertumbuhan kelapa
sawit.
4. Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman,
penanaman tanaman penutup
tanah,
membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
5. Terdapat pola tanam yang mempengaruhi
peryumbuhan kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
April 2012.
tanggal 10 April 2012.
Malangyudo, A.
2011. Bagaimana mendapatkan Bibit Kelapa Sawit Yang Baik.
http://arieyoedo.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 10 April 2012.
Pahan, I. 2005. Panduan Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006.
Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 1999.
Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar