LAPORAN
KOLEKTIF
Oleh
Kelompok
8
Ade Saputra 1114121004
Andrestu Kesuma 1114121023
Anggi Anggrestyas Siwi 1114121026
Apri Ariyanto 1114121031
Citra Meylani 1114121046
LABORATORIUM
ILMU TANAH
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Tanah merupakan suatu benda alami yang ada di
permukaan kulit bumi yang tersusun dari empat bahan utama yaitu air, udara,
bahan organik dan bahan mineral. Lima
faktor yang sangat penting didalam proses pembentukkan tanah yaitu bahan induk,
iklim, topografi, dan waktu.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan
terpenting dalam program uji tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah ini bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat tanah pada suatu titik pengamatan. Prinsipnya adalah hasil analisis sifat fisik
tanah dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan.
Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil
diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapakan status hara dan dapat
digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional
dan menguntungkan. Namun, hasil uji
tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakii area yang
diminta rekomondasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu, pengambilan contoh tanah
merupakan tahapan terpenting didalam uji coba tanah.
1.2 Tujuan
praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Teknik Pengambilan
Contoh Tanah Agregat Utuh (Bongkah) dan terganggu adalah :
- Mengetahui teknik pengambilan contoh tanah agregat dan terganggu.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan kerusakan tanah.
- Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah di lokasi secara homogen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan
perubahan yang continue. Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan
aktivitas biologis semuanya berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan
agregat-agregat tanah.
Struktur lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh
pengolahan praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan
tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregasi tanah akan
memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim, 1986).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah tetapi hanya ada lima faktor yang dianggap paling penting yaitu (1)
Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk, (4) Topografi, dan (5) Waktu. Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima
faktor tersebut bersifat simutan, bukan parsial. Walaupun kenyataan dilapangan ditemukan ada
salah satu faktor yang lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor
pembentukan tanah lainnya. Pengambilan
contoh tanah merupak tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di
laboratorium. Analisis contoh tanah
bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara
tanah), mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun didalam tanah, sebagai
dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien dan
rasional dan memperoleh database untuk
program perencanaan dan pengolahan tanah tanaman. Contoh tanah utuh untuk
penetapan-penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan permeabilitas.
Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan
kemantapan agregat dan nilai COLE (Khamandayu, 2009).
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah
yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antar
agregat. Tanah tersusun dari tiga fase
yaitu : fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang antar agregat.
Stuktur tanah tergantung dari imbangan
ketiga faktor penyusunnya. Ruang antar
agregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabia pori
berukuran besar terisi air. Tanah yang
gembur memiliki agregat yang cukup besar.
Tanah menjadi liat apabila berlebihan lempung, sehingga kekurangan
makropori (Subagyo, 1970).
Contoh tanah adaah suatu volume massa tanah yang
diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan
sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat
fisika tanah, dapat kita analisis meaui dua aspek, yaitu disperse dan
fraksinasi. Untuk mencari atau
mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan 3 cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat tidak terusik,
pengambilan tanah tidak terusik dan pengambilan tanah terusik (Agus, 1998).
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika
tanah dengan cara memisahkan butir-butir primer tersebut. Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik
tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan pengambilan tanah
tidak terusik, terusik, dan agregat tidak terusik ( Soegiman,1982).
III. METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan
Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
Teknik Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh (Bongkah) antara lain : Kotak
kayu, kantong plastik, spidol, cangkul, bor tanah, meteran (jika perlu).
3.2 Cara kerja
3.2.1
Pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah)
Digali tanah
s/d kedalaman yang diinginkan dengan menggunakan cangkul (pada top soil (0-20
cm)
|
↓
Diambil contoh tanah yang masih berbentuk
gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi oleh belahan-belahan alami (agregat
utuh)
|
↓
Dimasukkan contoh tanah tersebut kedalam kotak
kayu/kotak seng/kantong plastik tebal dan dituliskan lokasi, tanggal
pengambilan, dan kedalaman tanah
|
3.2.2 Pengambilan
contoh tanah terganggu dengan metode komposit.
Ditentukan lokasi tempat pengambilan contoh tanah
dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu
|
↓ | ||||||||||
Diambil contoh
tanah terganggu dari beberapa titik secara acak dengan menggunakan bor
tanah/cangkul pada kedalaman 0-20 cm (sub soil). Jumlah contoh tanah yang diambil pada setiap
titik pada masing-masing kedalaman (
kurang lebih 1-2 kg)
|
↓
Dimasukkan
contoh tanah ke dalam kantong plastik, diikat, dan diberi label
|
↓
Dicampurkan
tanah dan diaduk hingga merata sambil dibersihkan dari sisa tanaman/ akar,
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik besar, dan diberi label.
|
↓
Dianalisis contoh
tanah tersebut di laboratorium
|
IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Pengambilan
Contoh Tanah Utuh
Langkah pertama
menentukan tempat pengambilan contoh tanah dimana lokasi harus homogen. Lalu
tempat pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman liar, setelah
itu menggunakan ring sampel ditekan kedalam permukaan tanah disekitar ring di
gali dan usahakan tidak goyang. Setelah ring keluar dibersihkan menggunakan
pisau lalu dimasukan kedalam plastik dan diberi label kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.
|
2
|
|
Pengambilan
Contoh Tanah Agregat.
Langkah pertama
menentukan tempat pengambilan contoh tanah dimana lokasi harus homogen. Lalu
tempat pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman sekitar. Menggunakan cangkul tanah digali. Pada penggalian pertama didapatkan agregat
alam yang berasal dari dalam tanah. Kemudian
dimasukan kedalam kotak agar agregat tidak mudah hancur.
Metode yang digunakan merupakan metode
standar dengan kedalaman tanah 0-20cm yang berada pada 1 titik pengambilan
contoh tanah.
|
3
|
|
Pengambilan
Contoh Tanah Terganggu.
Pengambilan tanah
terganggu pada lokasi yang homogen, lahan merupakan tanah yang biasa diolah. Pengambilan tanah menggunakan metode silang
dengan pengambilan 2 titik (metode komposit) yang berbeda dengan kedalaman
yang sama kemudian tanah dicampurkan dan dimasukan ke dalam plastik lalu
plastik diberi label kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan 2 cara pengambian
contoh tanah, yaitu pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) dan
pengambilan contoh tanah terganggu. Pada
contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan
mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm. Tanah
yang diambil harus berupa bongkahan alami yang tidak mudah pecah dan tidak
terintervensi oleh benda lain atau tercangkul..
Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu
digunakan metode komposit yaitu dipilih menggunakan metode silang. Dipilih 2 titik pengamatan dengan jarak
yang disamakan dengan kedalaman yang sama, tetapi
pada titik yang berbeda, lalu diambil contoh tanahnya menggunakan ring sample.
Metode komposit sendiri mempunyai beberapa teknik
yaitu : diagonal, acak, zigzag, dan semacamnya. Metode komposit dipilih karena mudah dilakukan
dalam praktikum ini.
Dapat terjadi penyimpangan terhadap data hasil
analisis sifat-sifat fisik dan kimia dilaboratorium yang disebabkan oleh:
1. Pengambilan
contoh tanah yang tidak tepat, bisa terjadi karena penerapan metode atau
penggunaan metode yang salah dan tidak sesuai.
2. Waktu
pengambilan dan jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang
terlalu lama atau jauh sehingga dapat menyebabkan rusaknya contoh tanah.
Pada pengambilan contoh tanah terganggu, digunakan
metode komposit yang merupakan teknik pengambilan contoh tanah pada beberapa
titik pengamatan atau pengambilan yang diambil dari suatu areal atau bentang
lahan yang relatif homogen. Syarat dari tanah yang relatif homogen diantaranya
adalah :
- Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh tanah pada kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak rata dan jenis tanah yang berbeda.
- Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.
- Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada 2 titik harus mempunyai ikim atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis percobaan yang menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.
- Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis yang sama untuk menggambarkan penggambaran di lapang.
Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan
tahap kegiatan yang amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Kesalahan yang dilakukan dalam tahap ini
umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh karena itu,
kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat fatal penganalisis dan data yang di dapat tidak
ada artinya.
Hal ini juga dapat terjadi apabila pengambilan
contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
contoh tanah, antara lain :
- Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan, sisa tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.
- Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai untuk keperluan lain.
- Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas pembakaran sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
- Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan pada satu titik pengamatan dengan menggunakan metode standard, kedalaman tanah yang di cangkul 0-20 cm.
- Pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan metode komposit (teknik/metode silang) dengan 2 titik pengamatan.
- Pengambilan contoh tanah dalam praktikum ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu : contoh tanah agregat dan contoh tanah terganggu.
- Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat fatal penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.in
Khamandayu,
2009. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. http://Khamandayu.blogspot.com. Diakses
tanggal 30 September 2012.
Nugroho,
Agus, dkk. 1998. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan
Untuk Mendukung Program Palagung 2001. HITI
Komda Jawa Timur : Malang.
Subagyo,
1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah II. PT. Soeroengan
: Jakarta.
Soegiman,
1972. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara : Jakarta.
kenapa kesimpulannya tidak sesuai dengan tujua?
BalasHapusbiasanya kesimpulan itu menyesuaikan tujuan.