Laman

PLEASE YANG COPY-PASTE DARI BLOG, TOLONG DICANTUMKAN ^_^

Sabtu, 14 Desember 2013

Laporan Teknik Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh (Bongkah) dan Terganggu



LAPORAN KOLEKTIF



Oleh
Kelompok 8
Ade Saputra                          1114121004
Andrestu Kesuma                 1114121023
Anggi Anggrestyas Siwi        1114121026
Apri Ariyanto                        1114121031
Citra Meylani                        1114121046






LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012











I.  PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang

Tanah merupakan suatu benda alami yang ada di permukaan kulit bumi yang tersusun dari empat bahan utama yaitu air, udara, bahan organik dan bahan mineral.  Lima faktor yang sangat penting didalam proses pembentukkan tanah yaitu bahan induk, iklim, topografi, dan waktu.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium.  Pengambilan contoh tanah ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah pada suatu titik pengamatan.  Prinsipnya adalah hasil analisis sifat fisik tanah dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan.

Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapakan status hara dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan.  Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakii area yang diminta rekomondasinya dan tidak dengan cara benar.  Oleh karena itu, pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting didalam uji coba tanah.



1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum Teknik Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh (Bongkah) dan terganggu adalah :
  1. Mengetahui teknik pengambilan contoh tanah agregat dan terganggu.
  2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan kerusakan tanah.
  3. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah di lokasi secara homogen.











II.  TINJAUAN PUSTAKA



Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan perubahan yang continue. Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas biologis semuanya berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat tanah.
Struktur lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh pengolahan praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregasi tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim, 1986).

Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya ada lima faktor yang dianggap paling penting yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk, (4) Topografi, dan (5) Waktu.  Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima faktor tersebut bersifat simutan, bukan parsial.  Walaupun kenyataan dilapangan ditemukan ada salah satu faktor yang lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor pembentukan tanah lainnya.  Pengambilan contoh tanah merupak tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium.  Analisis contoh tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun didalam tanah, sebagai dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien dan rasional  dan memperoleh database untuk program perencanaan dan pengolahan tanah tanaman. Contoh tanah utuh untuk penetapan-penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan permeabilitas.  Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai COLE (Khamandayu, 2009).

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat.  Tanah tersusun dari tiga fase yaitu : fase padatan, fase cair, dan fase gas.  Fase cair dan gas mengisi ruang antar agregat.  Stuktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusunnya.  Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori).  Struktur tanah baik bagi perakaran apabia pori berukuran besar terisi air.  Tanah yang gembur memiliki agregat yang cukup besar.  Tanah menjadi liat apabila berlebihan lempung, sehingga kekurangan makropori (Subagyo, 1970).

Contoh tanah adaah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti.  Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis meaui dua aspek, yaitu disperse dan fraksinasi.  Untuk mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat tidak terusik, pengambilan tanah tidak terusik dan pengambilan tanah terusik (Agus, 1998).

Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan butir-butir primer tersebut.  Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan pengambilan tanah tidak terusik, terusik, dan agregat tidak terusik ( Soegiman,1982).













III.  METODELOGI PERCOBAAN



3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Teknik Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh (Bongkah) antara lain : Kotak kayu, kantong plastik, spidol, cangkul, bor tanah, meteran (jika perlu).


3.2 Cara kerja

3.2.1 Pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah)

Digali tanah s/d kedalaman yang diinginkan dengan menggunakan cangkul (pada top soil (0-20 cm)
                                                                                   ↓
Diambil contoh tanah yang masih berbentuk gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi oleh belahan-belahan alami (agregat utuh)
                                                                          
Dimasukkan contoh tanah tersebut kedalam kotak kayu/kotak seng/kantong plastik tebal dan dituliskan lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah




3.2.2 Pengambilan contoh tanah terganggu dengan metode komposit.


Ditentukan lokasi tempat pengambilan contoh tanah dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu
                                                                             ↓













Diambil contoh tanah terganggu dari beberapa titik secara acak dengan menggunakan bor tanah/cangkul pada kedalaman 0-20 cm (sub soil).  Jumlah contoh tanah yang diambil pada setiap titik pada masing-masing kedalaman (  kurang lebih 1-2 kg)
                                                                     
Dimasukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik, diikat, dan diberi label
                                                                              ↓
Dicampurkan tanah dan diaduk hingga merata sambil dibersihkan dari sisa tanaman/ akar, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik besar, dan diberi label.
                                                                             ↓
Dianalisis contoh tanah tersebut di laboratorium












IV.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil pengamatan

No.
Gambar
Keterangan
1



Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Langkah pertama menentukan tempat pengambilan contoh tanah dimana lokasi harus homogen.  Lalu  tempat pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman liar, setelah itu menggunakan ring sampel ditekan kedalam permukaan tanah disekitar ring di gali dan usahakan tidak goyang. Setelah ring keluar dibersihkan menggunakan pisau lalu dimasukan kedalam plastik dan diberi label  kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.
2


Pengambilan Contoh Tanah Agregat.
Langkah pertama menentukan tempat pengambilan contoh tanah dimana lokasi harus homogen.  Lalu  tempat pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman sekitar.  Menggunakan cangkul tanah digali.  Pada penggalian pertama didapatkan agregat alam yang berasal dari dalam tanah.  Kemudian dimasukan kedalam kotak agar agregat tidak mudah hancur.  Metode yang digunakan merupakan metode standar dengan kedalaman tanah 0-20cm yang berada pada 1 titik pengambilan contoh tanah.

3



Pengambilan Contoh Tanah Terganggu.
Pengambilan tanah terganggu pada lokasi yang homogen, lahan merupakan tanah yang biasa diolah.  Pengambilan tanah menggunakan metode silang dengan pengambilan 2 titik (metode komposit) yang berbeda dengan kedalaman yang sama kemudian tanah dicampurkan dan dimasukan ke dalam plastik lalu plastik diberi label kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.


4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini digunakan 2 cara pengambian contoh tanah, yaitu pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) dan pengambilan contoh tanah terganggu.  Pada contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm.  Tanah yang diambil harus berupa bongkahan alami yang tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh benda lain atau tercangkul..
Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan metode komposit yaitu dipilih menggunakan metode silang.  Dipilih 2 titik pengamatan dengan jarak

yang disamakan dengan kedalaman yang sama, tetapi pada titik yang berbeda, lalu diambil contoh tanahnya menggunakan ring sample.

Metode komposit sendiri mempunyai beberapa teknik yaitu : diagonal, acak, zigzag, dan semacamnya.  Metode komposit dipilih karena mudah dilakukan dalam praktikum ini.

Dapat terjadi penyimpangan terhadap data hasil analisis sifat-sifat fisik dan kimia dilaboratorium yang disebabkan oleh:
1.  Pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, bisa terjadi karena penerapan metode atau penggunaan metode yang salah dan tidak sesuai.
2.  Waktu pengambilan dan jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu lama atau jauh sehingga dapat menyebabkan rusaknya contoh tanah.

Pada pengambilan contoh tanah terganggu, digunakan metode komposit yang merupakan teknik pengambilan contoh tanah pada beberapa titik pengamatan atau pengambilan yang diambil dari suatu areal atau bentang lahan yang relatif homogen. Syarat dari tanah yang relatif homogen diantaranya adalah :
  1. Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh tanah pada kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak rata dan jenis tanah yang berbeda.
  2. Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.
  3. Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada 2 titik harus mempunyai ikim atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis percobaan yang menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.
  4. Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis yang sama untuk menggambarkan penggambaran di lapang.
Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis.  Kesalahan yang dilakukan dalam tahap ini umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat  fatal penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya.
Hal ini juga dapat terjadi apabila pengambilan contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain :
  1. Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan, sisa tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.
  2. Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai untuk keperluan lain.
  3. Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas pembakaran sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.












V.  KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

  1. Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan pada satu titik pengamatan dengan menggunakan metode standard, kedalaman tanah yang di cangkul 0-20 cm.
  2. Pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan metode komposit (teknik/metode silang) dengan 2 titik pengamatan.
  3. Pengambilan contoh tanah dalam praktikum ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu : contoh tanah agregat dan contoh tanah terganggu.
  4. Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat  fatal penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya.












DAFTAR PUSTAKA



Hakim, Nurhajati, dkk. 1986.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  UNILA : Lampung.in

Khamandayu,  2009.  Laporan Praktikum Ilmu Tanah.  http://Khamandayu.blogspot.com.  Diakses tanggal 30 September 2012.

Nugroho, Agus, dkk.  1998.  Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Untuk Mendukung Program Palagung 2001.  HITI Komda Jawa Timur : Malang.

Subagyo, 1970.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah II.  PT.  Soeroengan : Jakarta.

Soegiman, 1972.  Ilmu Tanah.  Bhatara Karya Aksara : Jakarta.




1 komentar:

  1. kenapa kesimpulannya tidak sesuai dengan tujua?

    biasanya kesimpulan itu menyesuaikan tujuan.

    BalasHapus